(Edisi hari ini_minggu, 06 Agustus 2017)_ PUISI PUISI NENG EKA
JULI BERKISAH
Bait ini masih mengisahkan tentang aku, kau dan kita
Yang mengais rindu di bebatuan aksara
Yang tergores sunyi dalam sebuah coretan senja
Kala cinta semakin kuat mencengkram jiwa
Kau dan aku adalah dua jiwa yang bernapas dalam rasa yang sama
Suatu harapan yang selalu hadir dalam setiap lelap dan jaga
Laksana jingga yang membias dalam pangkuan mega
Kau dan aku telah disatukan oleh jemari senja
Dan kita adalah kenangan hitam yang ingin tertawa bahagia dimasa depan
Duka cita kehidupan telah kita lewati dengan segala pengorbanan
Semoga tak ada derita yang bisa mengusik Juli berkisah
Karena sebuah keyakinan cinta kau dan aku, selalu seirama disetiap tembang serta nyanyian
Sukabumi, 04 Agustus 2017
SENJA TERIN(D)AH
Semburat jingga terang berkilau cahayanya
Menahtakan rona pada selaksa mega sekitarnya
Ingin hati untuk bernaung dalam indahnya malam
Bersama kemilau sinarnya cahaya purnama
Membasahi padang kejora asmara berkisah
Dan mengulum rindu penuh harapan
Lagu cinta menabuh sunyi perjalanan
Tinggalkan jejak pada sepenggal nyanyian bulan
Hamparan langit membentang hening berkilauan
Bintang berpijar menyapu malam berkerlipan
Tembang mesra mengalun merdu di bibir bulan
Sendu merayu dalam dentingan dawai sang malam
Sukabumi, 04 Agustus 2017
PEREMPUA(N) TITISAN S(E)NJA
Aku perempuan yang terlahir dari rahim senja
Tumbuh besar dalam pangkuan sang malam
Diasuh oleh jemari sunyi penderitaan
Pada ranjang hening kehidupan
Aku adalah perempuan musim gugur
Beranjak besar dalam naungan badai
Belajar bertahan di bumi yang mengering
Dan memahami hidup dalam bimbingan takdir
Aku dewasa dalam kebijaksanaan masa
Belajar kuat bersama onak derita
Tak akan menyerah walau terus terluka
Sampai kematian datang merenggut jiwa
Aku perempuan penghuni langit senja
Meniti waktu dalam getirnya melangkah
Berkelana menembus setiap duri yang menerpa
Di atas tanah yang mengering juga basah
Aku perempuan putri ruang semesta
Telah terbiasa menikmati luka
Tak pernah menangis dihajar derita
Ikhlas sudah dengan apa pun kehendak-Nya
Sukabumi, 4 Agustus 2017
BAHAGIA (D)ALAM RASA JULI
Senja ini kita kembali tenggelam dalam ketakjuban
Rasa takjub yang muncul dari balik rahasia hening
Yang hanya bisa kita rasakan berdua
Saat mentari mencumbu mesra kesunyian kita
Kau dan aku saling bersandar kepada setangkai rasa yang bersemayam
Disetiap napas kita, jiwa kita pun menyatu ke dalam geloranya
Menghirup aroma rindu yang menaburkan wangi cinta
Apakah kita sepasang kekasih?
Aku rasa bukan!
Kita lebih dari itu, karena kita hidup dari napas yang sama
Dan kita telah menjalani suka duka berdua
Tertawa dalam kebahagiaan yang sama
Pun meneguk kesedihan dari air mata yang sama pula
Sungguh, semoga kita takkan pernah terpisahkan
Karena memang telah senada dan seirama
Terkecuali memang dipisahkan oleh-Nya
Sukabumi, 4 Agustus 2017
PERJALANAN (D)UA PULUH SATU JULI
Sehelai daun jatuh ke bumi mengering terbakar sengatan matahari
Dihembus angin senja lalu menghilang sudah bersama cerita dua puluh satu Juli
Masa lalu adalah puing reruntuhan kidung merdu yang disuarakan oleh bibir masa depan
Mengisahkan hitam putih perjalanan dan menjadikannya abadi dalam kenangan
Siapakah yang dapat mengabil hikmah?
Mengabil pelajaran dari setiap kayuhan langkah
Karena waktu laksana nada penuh warna
Suka duka menjadi lirik senandungnya
Jiwa yang manakah, yang akan tahan terhadap derita
Lagunya sendu saat menghujam ke dalam sukma
Liriknya tercipta dari goresan air mata penuh luka disetiap kidung suaranya
Susah senang sudah dilewati bersama
Semua tercipta atas nama dua puluh satu juli
Bahagia tak perlu dicari juga takkan bisa dibeli
Karena bahagia adalah hati yang tercukupkan
Dan senantiasa selalu mensyukuri nikmat dari Tuhan
Sukabumi, 5 Agustus 2017
PA(D)AMU PEMILIK HATI
Ku dengar senandung itu bercerita dibalik keramaian
Menakar bahagia pada jingga langit senja
Mencurahkan gerimis air mata penuh cinta
Bermandikan suka duka di netra indahnya
Dan kala sang malam menggilas nada
Ku dengar seseguknya pada alunan serunai lara
Menitikkan sunyi di antara untai aksara
Lalu berdiam diri karena rindu tak berujung temu jua
Izinkan aku menjadi lirik pada tiap nadayang kau unggah
Dan menyematkan canda diantara isak laramu yang menghiba
Padamulah segenap rasa menasbihkan putih sucinya cinta
Menyeruakan detak rindu yang tak lekang dimakan masa
Duhai engkau pemilik hati
Izinkan diri ini menjadi lirik dalam bulir air matamu yang merinai rindu
Pada setiap jejak langkah sang waktu
Pun juga senyuman dalam bahagia yang kau idamkan
Sukabumi, 5 Agustus 2017
SELARIK KISAH JULI
Senja telah memendar disegenap cakrawala
Ketika jejak-jejak surya tengah memadu warna
Menoktakan jingga pada hampar ladang buana
Mengantar keindahan ke dalam lirik senandunya
Dan senja telah bernyanyi diantara lirih bayu
Mengalunkan serunai damai hingga ke padang yang jauh
Berbisik dengan mesra di atas samudera biru
Kabarkan tentang malam yang menunggu di tebing waktu
Senja yang berdenting dalam petikan gitar buana
Menciptakan nada mesra selembut temaramnya
Merdu bergema membuai sukma jiwa lara
Yang menapak rindu di setiap kibas titik cahaya
Bias sinarmu adalah semburat rasa
Di ujung cahaya telah kau sabdakan makna
Tentang terang yang tak selamanya nyata
Dan tentang redup yang menamatkan cerita
Senja selarik kisah juli
Kau adalah cahaya terakhir
Yang meinggalkan kefanaan
Untuk kembali menuju keabadian
Sukabumi, 5 Agustus 2017
CUKUP (D)I LANGIT SENJA
Aku ingin bersamamu langit yang menjingga
Memadu hati dan berkasih mesra
Dalam kewajaran cinta apa adanya
Di balik kesederhanaan senja merona
Aku tak membutuhkan bujuk rayu purnama
Tak inginkan bintang yang begitu banyaknya
Cukuplah langit senja yang ada untuk setia
Melewati waktu dengan cinta sewajarnya
Aku tak akan pergi kemana-mana
Akan selalu ada disampingmu selamanya
Mengajakmu merengkuh pagi hingga senja
Dan menidurkanmu dipelukku bila malam tiba
Inilah bahasa cintaku yang paling sederhana
Yang kutulis dengan mata berkaca-kaca
Dalam dada sesak yang telah menghimpit dada
Untukmu langit senja ; akan selalu ada cinta hari ini, esok dan seterusnya
Sukabumi, 5 Agustus 2017
PEREMPUA(N) DALAM S(E)PI
Senja telah menjejak tapaknya
Mengibas sunyi disetiap langkah
Merapal nada di bias cahaya
Tertata warna dihijab indahnya
Dia masih bersimpuh
Perempuan itu tengadah menatap senja
Menulis kosong secarik mimpi yang telah sirna
Pada bentangan jingga yang menari dibulir mata
Senyumnya yang memudar menggumam rindu dihela napas
Berbisik sendu diarakan awan silir berhembus bersama bayu
Tatapannya yang kian nanar
Sepi menghujam relung langit senja
Tertulis hampa diawang-awang lenyap tertindas desahan malam
Perempuan dalam dekapan purnama
Bertahta disetiap bayang-bayang masa lalu
Berkisah tentang cinta juga rindu
Bernyanyi tentang sebait lagu sendu
Perempuan dalam sepi
Mimpinya sehitam malam kelam tertidur bersama waktu yang tenggelam
Terhempas ke dalam duka kehidupan saat masa tinggal desah dan kenangan
Sukabumi, 6 Agustus 2017
AKU, KAMU, (D)AN JUGA S(E)NJA
Aku ingin bersamamu melewati puluhan senja
Memetik nada rindu yang berdenting di jiwa kita
Sealun lagu cinta yang bercerita tentang asmara
Sampai bayang mentari semakin redup di cakrawala
Aku ingin bersamamu menyusuri tepian senja
Bercengkrama di temaram saat langit berubah warna
Kan ku genggam jemarimu mengayuh biduk cinta
Sampai gelap malam datang melabuhkan penat kita
Aku ingin bersamamu lalui belantara senja
Menyibak ribuan duri yang menghalangi langkah kita
Kan kubimbing setiap resahmu dengan uluran kasih mesra
Sampai engkau akan lupa bahwa kita tengah gelisah
Aku ingin engkau ada setiap kali senja menyapa
Walaupun kadang bentuk langitnya lak lagi berwarna merah jingga
Kan kunyanyikan tembang indah agar hatimu tak pernah lara
Sampai engkau kan tersenyum seindah binar senja
Sukabumi, 6 Agustus 2017
TAHTAKAN AKU (D)I HATIMU
Lihatlah senja yang menjuntai pada sketsa langit yang menghitam
Kala jingga tak lagi menari dan cakrawala enggan bernyanyi
Tentang mentari yang tersudut, terhempas waktu yang menyuram
Biasnya lebur ke dalam kelam hilang terpenggal tebasan malam
Dan lihatlah malam yang bertahta pada sepi yang berdiam
Kala jiwa dicengkram lara saat cinta kebakaran luka
Tentang rindu tak terjawab dan nada tanpa aksara
Untuk sunyi yang memeluknya serta duka yang bercerita
Tahtakan aku di hatimu pada setiap lenggang tarian senja
Yang menari gemulai di bias jingga jua malam labuhkan purnama
Tahtakan aku di hatimu pada tiap alunan dendang buana
Yang bergema di lembah-lembah berbisik dialiran sungai
Yang berayun di samudera dan bertasbih di semesta
Perempuan itu masih tetap dengan segala cintanya yang masih mengenang dua puluh satu purnama
Yang tak pernah tergantikan walau waktu mengibas lara
Dan tak berhenti mengukir mimpi di jiwanya
Sukabumi, 6 Agustus 2017
LELAKI (D)ESEMBER
Padamu segala nestapa menjadi warna
Kala rindu bernyanyi diantara tebasan masa
Menambang segenap rasa dalam dera
Untuk mimpi yang masih tersimpan kilau senja
Padamu nada tak pernah jeda
Pun syair menjadi untai irama
Kala malam mulai menapak di sunyinya
Kau adalah bening yang bernyanyi di sudut mata
Padamu semua rindu menemukan suka duka
Menangis serta tertawa dalam dekapan kita
Mengalirkan banyak cerita disetiap goresannya
Yang menjelma dalam selembar aksara jiwa
Semua kata telah menjadi senandung nan abadi
Yang mempuisi disetiap arak-arakan sunyi
Mencipta sajak diantara gumpalan perih hati
Pada rindu yang terhempas diakhiri mentari
Dan padamu lelaki Desember
Semua aksara merangkai kata dalam doa-doa malam, yang tersaji dibalik damainya impian
Untuk kemarin yang telah jadi kenangan
Pada esok yang tetap terisi dengan lagu harapan
Sukabumi, 6 Agustus 2017
Tentang Penulis: Neng Eka, perempuan yang terlahir pada 14 September 1998. Tinggal di kp Buniwangi , Sukabumi Jawa Barat. Pecinta Senja dan Hujan.
Tidak ada komentar