Edisi Sabtu, 12 Agustus 2017_ PUISI PUISI AMIRUDDIN ISLAMI MQ. BABA (Tangerang)
MUTIARA JIWA
Rindu kini kau jauh
sesak terasa menusuk
tangis pun salah
sampai masa ini-pun
tak bisa kulupa
cerita terasa syahdu
menghujam batin
yang mulai rapuh.
Rindu kini kau jahat
kau bawa angin
melintas ke otak dan pikiran
se-akan kau tak tahu
betapa aku tak bisa menahan
se-detikpun aku lemah.
Rindu kau di mana ?
janji suci perpisahan
dipisah dua samudra dan satu lempeng
akan kau pegang erat
walau kau berjalan.
Di atas manisnya madu dan gula
Rindu kini telah menghilang
diambil kelana dari pulau jawa
di bumi raja-nya cendrawasi
bermandikan takhta dan harta
kau tega buat kumenderita
di atas masa kurela RINDU
menguasai karna aku sangat
merindukan sosok (E)
buah penawar hati
kelam hari sulit dan derita.
Jakarta, 1 Agustus 2017.
PEPATAH DARI SEORANG PEMUDA
Melangkah ke penjuru menebak arah
darat laut udara aku tuju
tantangan rintangan hambatan
tak menjadi masalah.
Menapak di atas samudera raya
berjalan ikuti arus di mana takdir mambawa
membuka tabir dalam gelapnya nuansa cahaya.
Bila mana terlerai rasa di dada
ingin kusujud pada Tuhan yang kuasa
bila mana hati tak lupa
tak ingin ku-lupa jasa TUHAN kedua
ingin kumenangis sejadi-jadinya
kerana mengingat noda-dosa yang ada
dan jika kecewa menapak di alam sukma
penawar pelibur kata sebagai senjata
pengelana ini masih percaya Tuhan kuasa.
Tuhan tak tidur dan tak juga lupa
tabir cahaya terbuka jikalau ada usaha
pepatah dari seorang pemuda.
Jakarta, 20 juli 2017.
BILIK TABIR
Bait-bait asmara kurangkai dalam daun
terbawa angin anta-baranta
menyisa rindu tak terbantah
kelana merangkul daku
menyisa embun syahdu
ter-hanyut dalam daku
luka syair lalu.
Jakarta, 17 juli 2017.
SUARA TERBENGKALAI
Ketika AWAL-MULA menjadi ASAL-MU-ASAL
kau bergeming diterpa langit tenggelam jatuh
ketika sanubari terbesuk di dalam sukma
bisikan suara-suara dihalang oleh tabir
ketika semua merangkak mencibir
embun jatuh di tengah bintang revolusi
kepadanya menerka angkasa raya.
Jakarta, 15 juli 2017.
MUSAFIR
Petir menyetir gelombang angkasa
hiruk pikuk nada menghujam membatu
arah merana tertutup tabir
penge-lana berjalan menyusuri duri
sang-bulan redup kikir cahaya
mener-awang ke arah lorong nada
ter-tutup sajak di antara dua palapa
garis keras pengikut ....bla... bla... bla..
masih menapak dipisah dua SAMUDRA.
Jakarta, 14 juli 2017.
RETAK
Rembulan tampak di padang pasir berbatu
embun mengikis epidermis daun bertahun
tinggalkan pus dan jaringan nekrotik
lekat oleh darah dan nanah.
Jakarta, 13 juli 2017.
Tentang Penulis:
Amiruddin Islami MQ. Baba lahir di Desa Supu Kec. Loloda Utara Kab. Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara pada 1 September 1998. Anak dari M. Qubais Babab (Kemenag Kab. Pulau Morotai) dan Nurhayat N. Bayan. Kini kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Ia tinggal di Asrama Putra Umj, Jln. Poncol Raya, Cireundeu RT 005/Rw 002. Tangsel.
Tidak ada komentar