SEKILAS TENTANG SASTRA (1)
Hakikat dari puisi adalah efektivitas kata-kata. Bukan banyaknya kata yang diindah-indahkan. Seorang yang awam terhadap sastra, beranggapan bahwa puisi itu adalah curahan isi hati, ungkapan perasaan cinta, cuma milik dunia remaja. Itu salah.
Puisi adalah intisari bahasa. Sebuah benteng bahasa. Sastra adalah satu-satunya upaya yang bisa menyelamatkan bahasa dari sebuah negara agar tidak digeser oleh maraknya bahasa adopsi yang selanjutnya akan menghancurkan bahasa tradisi dari kulturnya.
Kenapa tidak ada sastra Australia? Sebab orang Australia menggunakan bahasa negara lain, Inggris. Begitu juga yg terjadi dgn New Zealand, negara-negara persemakmuran. Bahagialah kita punya aset berharga, ‘Bahasa Indonesia’ yang harus terus dipertahankan oleh para sastrawan. Ingatlah, kekuatan dan energi suatu bangsa, tidak hanya ditentukan oleh kekuatan angkatan perangnya semata tetapi juga kekuatan ekonomi, kultur, seni dan budaya. Lihatlah, Afganistan, Iraq, Suriah, dll. Negeri-negeri yang lekat dengan tradisi perang. Postur serta fisik masyarakatnya sangat kokoh dan tangguh, tetapi negeri mereka porak poranda, sebab kultur budaya mereka lemah. Kedekatan emosional antar manusianya sudah tak dinamis lagi.
Saya ingin mengatakan, bahwa sastra, adalah bagian dari sebuah kekuatan suatu bangsa. Jika para ekonom negeri kita senjatanya strategi-strategi finansial dan kebijakan sektor riil serta Kurs, polisi kita senjatanya adalah peraturan perundang-undangan dan sistem hukum, tentara kita senjatanya adalah senampan atau alutsista, maka sastrawan kita senjatanya adalah tulisan dan kata-kata.
Berhentilah berpikir bahwa puisi adalah cuma perasaan anak remaja yang kasmaran semata, sebab sesungguhnya puisi tidak sesempit itu. (R Hamsyah).
Kenapa tidak ada sastra Australia? Sebab orang Australia menggunakan bahasa negara lain, Inggris. Begitu juga yg terjadi dgn New Zealand, negara-negara persemakmuran. Bahagialah kita punya aset berharga, ‘Bahasa Indonesia’ yang harus terus dipertahankan oleh para sastrawan. Ingatlah, kekuatan dan energi suatu bangsa, tidak hanya ditentukan oleh kekuatan angkatan perangnya semata tetapi juga kekuatan ekonomi, kultur, seni dan budaya. Lihatlah, Afganistan, Iraq, Suriah, dll. Negeri-negeri yang lekat dengan tradisi perang. Postur serta fisik masyarakatnya sangat kokoh dan tangguh, tetapi negeri mereka porak poranda, sebab kultur budaya mereka lemah. Kedekatan emosional antar manusianya sudah tak dinamis lagi.
Saya ingin mengatakan, bahwa sastra, adalah bagian dari sebuah kekuatan suatu bangsa. Jika para ekonom negeri kita senjatanya strategi-strategi finansial dan kebijakan sektor riil serta Kurs, polisi kita senjatanya adalah peraturan perundang-undangan dan sistem hukum, tentara kita senjatanya adalah senampan atau alutsista, maka sastrawan kita senjatanya adalah tulisan dan kata-kata.
Berhentilah berpikir bahwa puisi adalah cuma perasaan anak remaja yang kasmaran semata, sebab sesungguhnya puisi tidak sesempit itu. (R Hamsyah).
Tidak ada komentar