TAUKAH ANDA? _ADA JENIS JAMUR YANG BISA MEMAKAN SAMPAH PLASTIK DI LAUTAN
JAMUR PELAHAP SAMPAH PLASTIK LAUT
Plastik pada awalnya diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia, namun kini plastik bertransformasi menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang sulit diatasi. Data statistik persampahan domestik Indonesia menyebutkan jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5,4 juta ton per tahun atau 14% dari total produksi sampah. Pengelolaan sampah yang salah menyebabkan plastik dapat masuk ke lingkungan perairan akibatnya mengotori pantai ataupun laut baik disengaja maupun tidak disengaja. Belakangan ini, dilaporkan jumlah partikel plastik di laut, semakin meningkat. Hal ini memberikan dampak buruk terhadap lingkungan dan biota laut. Diperkirakan sekitar 1,4 milyar sampah plastik dari sungai masuk menuju lautan tiap tahunnya.
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) sampah plastik dapat, dikategorikan berdasarkan ukurannya yaitu makroplastik (>5 mm) dan mikroplastik (<5mm). Sampah mikroplastik dapat menjadi permasalahan utama karena ukurannya yang sangat kecil sehingga mudah lolos dari sistem pengolahan limbah. Salah seorang aktifis lingkungan Dwi Sawung mengatakan bahwa sumber sampah mikroplastik bukan hanya dari plastik yang berukuran besar, namun sumber utamanya berasal dari produk sabun pencuci muka dan pasta gigi yang mengandung microbeads (butiran-butiran halus terbuat dari partikel plastik). Mikroplastik ini dapat merusak ekosistem laut dan dapat membunuh makhluk hidup yang berada di laut. Mikroplastik jika terakumulasi atau terkumpul dalam tubuh organisme dari waktu ke waktu dapat menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang karena tubuh organisme tidak dapat menyerap mikroplastik.
Masyarakat pada umumnya menganggap mikroorganisme sebagai sumber penyakit, padahal banyak mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai hal salah satunya proses biodegradasi. Biodegradasi merupakan pemecahan zat oleh mikroorganisme (bakteri atau jamur). Biodegradasi merupakan suatu proses alami dimana mikroorganisme menggunakan bahan-bahan organik sebagai sumber karbon dan energi. Secara biologi, mikroorganisme ini akan mengubah plastik menjadi bentuk yang lebih sederhana seperti karbondioksida (CO2), air (H2O) dan senyawa organik lainnya.
Baru-baru ini tim peneliti dari University of Aveiro, Portugal yang dipimpin oleh Ana Paco melaporkan telah menemukan jamur yang dapat mendegradasi plastik, jamur ini diberi nama Zalerion maritimum. Jamur ini mampu hidup pada permukaan plastik, mengurai plastik dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi untuk tumbuh. Pada beberapa penelitian, jamur telah terbukti berpotensi digunakan sebagai organisme pendegradasi dari plastik, meningkatkan perhatian pada lingkungan khususnya pada sistem perairan.
Jamur Zalerion maritimum dilihat menggunakan mikroskop elektron. (sumber: buku Marine Micology the Higher Fungi 1979)
Zalerion maritimum merupakan organisme heterotrof (jamur), sebagai organisme heterotrof, jamur mendapat makanannya dengan cara menyerap zat organik dari tempat hidupnya. Z. maritimum merupakan jamur saproba. Jamur saproba memperoleh nutrisi dengan cara menguraikan organisme yang sudah mati atau bahan organik lainnya. Zalerion maritimum berasal dari bahasa latin yang artinya laut, ini menggambarkan habitat dari jamur ini yaitu di laut. Karena habitat alaminya di laut ini yang menjadi dorongan bagi peneliti untuk melihat adanya potensi jamur tersebut untuk mengurangi pencemaran lingkungan di laut terutama yang disebabkan oleh plastik. Jamur terdistribusi di beberapa negara, seperti Jerman, Italia, New Zealand, Swedia, Inggris, dan Amerika.
Proses degradasi mikroplastik oleh Zalerion maritimum merupakan reaksi yang kompleks dan melibatkan lebih dari satu enzim. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa jamur ini terbukti tumbuh dalam media pertumbuhan dengan penambahan partikel mikroplastik. Berdasarkan modifikasi yang telah dilakukan menunjukkan adanya penggunaan mikroplastik sebagai nutrisi oleh jamur. Adanya pertambahan biomassa jamur selama percobaan berbanding lurus dengan degradasi mikroplastik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu ke-2 percobaan, mikroplastik hampir terdegradasi separuhnya, namun kecepatan biodegradasi oleh jamur ini masih terbilang lambat, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan potensi dari jamur pemakan sampah plastik ini.
Disusun Oleh :
Ajeng Vadila Tussa’adah
Anggi Meinawan Insanie
Anggun Prima Persadasari
Indah Helma
Johar Arifin
Rena Marwina
Reza Ahmad Taufik
Satrio Haryo Benowo
Siti Nur Endah
Sylviani Aulia
Jurusan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Tidak ada komentar