Edisi Kamis, 14 September 2017_ PUISI PUISI MIRA MAWARNI (Oman, Timur Tengah)
Sepagi buta
Tetes kopi menimpa,
Di bibir mungil yang basah
Lidah belati merajai sukma
Hakikat insan tiada berdaya
Teriakku perih kala hati berdarah
Binar nanar bak serigala lapar
Taring-taring gading mencabik jiwa
Sejenak terpaku membungkam lara
Mungkinkah aku yang ceroboh
Kucari makna tersembunyi
Di balik topeng tarian derita
Langit kelam seketika
Membungkus bara sang Surya
Bagai duyung tergolek di altar batu
Rinai permata nestapa
Menjelang suri hati kau puja
Retak cermin serpihkan cahaya
Kutuangkan rasa gumpalan dada
Gelora asmara berbuah empedu
Terasa getir bulir-bulir penyesalan
Bayanganmu bagai ilusi
Berkaca di genangan air.
Merintih di pucuk rembulan
Melaju di lekuknya tebing curam
Dan terhempas derita
Oman,:13/09/2017
AIR MATA DERITA
Terkasih
Bahasa kalbu meluahkan hasrat
Melekat dalam magnit nurani
Kedua tanganku bagai timah
Mengaminkan
Bersua di tepian telaga
Kalau itu surya hendak temaram
Engkau peluk tanganmu di pundak
Seiring sejalan bersama
Menyusuri lorong-lorong setapak
Di keremangan samar wajahmu
Mengalun puisi mendawai sendu
Getaran jantungku berkedip
Kau jaring hatiku penuh cinta
Karam di laut asmara
Menggeliat rindu sepanjang waktu
Saat semusim tiba
Hujan di penghujung September
Semilir angin mendesah
Sejalur jiwaku di landa resah
Selayang lembar pena
Terukir sebuah nama
Gemuruh dada selepas samudra
Beriak luahkan raga tersisa
Ranum kelopak sang dara
Menanakan sungai nestapa
Oman :13/09/2017
REMBULAN MENANGIS
Tiga malamku menanti
Bersama harumnya rindu
Rembulan mengecup manis
Di pelukan sayap kokoh
Gelora asmara menggoda
Saat malam gulita
Di atas kursi yang tegar
Dingin mengguliti tubuh
Mengigilku diam
Mengenang kisah
Mengukir di hati yang basah
Membenamkan duri dalam tubuh
Membiru luka bernana
Di ubun jiwa yang lebam
Bukan puitis kupinta
Seputih kasih Kudamba
Renungkan sejenak
Lirih pilu bila terluka
Berlinang air mata rembulan
Tenggelam cahaya bintang
Di tengah telaga sunyi
Oman :13/09/2017
DI GERBANG PENANTIAN
Senja di ambang sore
Gemericik hujan di pelataran
Termangu diri di balik tirai
Sekian lama menanti
Mengalur bening embun menetes
Kupandang bukit jauh kau berada
Semilir bayu meliuk tuk menggapai
Menerpa denting ranting berbisik
Membuai rasa dalam dada
Mengusung rindu tiada terjeda
Semusim telah berlalu
Hati tak lagi menyatu
Meluangkan sepenggal waktu
Lembaran pena tinta biru
Sebait abjad tentangmu
Salamky hembuskan
Seiring napasku hela
Kubelai seraut wajah sayu
Terpampang gambar bisu
Kukecup kening seakan,
Kau rasa pejamkan mata
Di gerbang penantian
Sesalku tak berujuk temu
Hingga berkarat di ruang dada
Sunyi semakin menikam
Di tubuh berselimut hujan
Oman:13/09/2017
Tentang penulis
Mira Mawarni, Berasal dari Bandung Jawa Barat. Sejak kecil menyukai puisi, saat ini bergabung di sekolah sastra dunia Maya, KOMSAS SIMALABA. Mira saat ini tinggal di luar negeri, bekerja sebagai TKI di Negara Oman, Timur Tengah.
Tidak ada komentar