Edisi Rabu, 06 September 2017_ PUISI PUISI NANDA DYANI AMILLA (Medan, Sumatera Utara)
SAJAK UNTUK KEKASIHKU
Ditengah melebahnya jenuh
dan mengularnya peluh-peluh di keningmu
Ada angin sejuk yang kukirimkan lewat semilir doa
Atau sekendi semangat untuk mengobati penat yang merambat
Menjadi teman saat kau rasa semua melamban
Menjadi hujan saat kemaraumu keterlaluan
Sebab bahagiamu adalah bongkahan cinta dari Yang Maha Kuasa
DEFINISI MENUNGGU
Barangkali kamu tahu
Bahwa menunggu tak pernah sebercanda lawakan Ernest Prakasa
Tak pula selucu Tatan di sosial media
atau guyonan gila Babe Cabita
Menunggu adalah kekejaman waktu yang kau lahirkan untuk gadismu
Membuat rindu menghantamnya dari segala penjuru
Dan berakhir dengan anak sungai di balik matanya yang teduh
TAHU DIRI
Seringkali aku merintih
Ketika perih mampu membuat pucuk-pucuk hatiku sedih
Sesekali juga mengaduh
Ketika rindu merambat masuk tak tahu malu
Sementara, diksiku tak pernah sampai di telingamu
Atau sekadar mencuri kontak pandangmu
Barangkali aku harus tahu diri
Kadang cinta tak sebesar kasih Zainnudin pada Hayati
TAK INGIN BERPINDAH
Aku tak ingin berpindah
Dari bahu yang pernah kupinjam tuk menyembunyikan airmata
Dari lisan yang selalu mencoba menguatkan langkah
Dari hati yang kian setia menemani tanpa henti
Aku tak ingin berpindah
Dari dia yang turut menangis ketika airmataku hampir habis
Dari dia yang turut marah ketika aku babak belur dihajar luka
Dari dia yang meyakinkanku semua akan baik-baik saja
Aku tak ingin berpindah
kemana-mana
Sebab dia adalah bahagia, pengganti luka yang meraja
TERU-TERU BOZU
Hujan, kamu, dan teru-teru bozu
Nyatanya cintaku tak berhasil menghangatkanmu
Kesukaanku adalah kebencianmu
Hingga kugantung ia di beranda kamarmu
Bukan untuk menangkal hujan saja
Tapi lebih untuk menangkal kehadiranku
Tentang Penulis
Nanda Dyani Amilla, tinggal di Jl. Serayu 3 Dusun V, Medan Krio. Ia Mahasiswi Semester VII, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UMSU. Karyanya telah dipublikasikan di beberapa media massa.
Tidak ada komentar