PENDONGENG YANG MURUNG DAN ROCKY SI ANAK JENIUS_Cernak Kak Ian (Semarak Sastra Malam Minggu)
SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU : EDISI 23
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 7 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) untuk dipublikasikan pada setiap sabtu malam.
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU. Apabila dalam 2 bulan naskah tidak dimuat maka dipersilakan mengirimnya ke media lain.
(Bagi karya yang dimuat malam minggu diberikan honorarium sepantasnya)
Siang itu seusai Rocky mengantarkan telur-telur hasil ternaknya ke Kerajaan Teraju, ia langsung kembali pulang ke rumahnya sambil bersiul riang. Tampak berbagai sudut banyak menghampar taman-taman kecil dengan bunga-bunganya yang bermekaran. Kemudian ia melewati anak sungai kecil dengan langkah mungilnya.
Saat melewat itulah di atas jembatannya Rocky melihat seorang pemuda sedang murung. Saat dilihat secara seksama ternyata di tangan kanan pemuda itu ada sebuah boneka puppet yang sangat lucu sekali.
Rocky pun penasaran dengan pemuda itu. Akhirnya ia menghampirinya.
“Kamu menginginkan boneka ini?”
Belum sampai mendekat, Rocky pun sudah dikejutkan oleh suara pemuda tadi. Ia langsung melonjak. Terkejut.
“Aku minta maaf bila mengganggumu, Tuan!” pungkas Rocky. Ia terkejut saat kehadirannya diketahui pemuda itu.
“Oh, tidak! Aku tidak terganggu!” tukasnya. “Kamu benar tidak menginginkan boneka ini?” lanjutnya.
Rocky tidak mengiyakan. Ia terlihat tampak ragu.
“Kalau aku boleh tahu. Siapakah Tuan, ini?” Rocky akhirnya mencoba memberanikan diri bertanya.
“Kamu lihat aku seperti apa memangnya…Ha-ha!” seru pemuda itu sambil terkekeh.
Lalu pemuda itu kembali diam. Mendadak matanya berkaca-kaca.
Rocky heran dengan pemuda yang berada di hadapannya itu. Sebentar tegas. Sebentar tertawa. Kini pemuda itu malah bersedih.
“Aku ini pendongeng yang malang. Pendongeng yang sudah tidak bisa lagi menghibur anak-anak. Apalagi sekarang anak-anak di negeri ini sudah tidak memerlukan kehadiranku. Mereka sudah memiliki mainan yang orangtua mereka belikan di Negeri Seberang. Apapun sekarang yang mereka inginkan semua ada di mainan itu. Bentuknya kotak dan mengeluarkan banyak permainan. Jika sudah memainkan mainan itu semua akan terhibur.”
“Oh, Tuan ini Pendongeng ya? Itukan cita-citaku sejak dulu. Makanya aku selalu membaca buku-buku dongeng di perpustakaan kerajaan seusai mengantarkan telur-telur itu. Karena Pustakawan Kerajaan sudah mengetahui aku sebagai seorang anak pengantar telur kerajaan. Jadi aku bisa sepuasnya membacanya,” Rocky panjang lebar memberitahukan pada pemuda asing yang ia temui itu.
Rocky mengatakan itu penuh dengan senang. Apalagi di hadapannya sekarang sudah benar-benar nyata. Ia sudah melihat seorang pendongeng.
Ya, Rocky hanya tahu dari buku-buku dongeng di perpustakaan kerajaan saja. Belum sama sekali mengetahui secara nyata. Pendongeng itu seperti apa orangnya? Bagaimana cara bekerjanya? Dan sekarang ia sudah mengetahuinya bahkan sudah ada di hadapannya. Lagi-lagi ia sangat senang.
“Begini saja besok temui aku di sini lagi seusai mengantarkan telur-telur ke kerajaan. Aku akan membantu kau agar anak-anak di negeri ini kembali terhibur olehmu. Bagaimana?” Rocky memberikan gagasan pada pemuda itu.
Pemuda itu diam sejenak. Ada rasa keraguan yang ia tampaki.
“Bagaimana apakah kau bersedia?” Rocky mengulangnya.
“Baiklah akan aku turuti apa keinginanmu! Oya, panggil namaku Paman Tian dan ini Seno. Hai, namaku Seno senang berkenalan denganmu. Namamu siapa?”
Rocky langsung tertawa terbahak-bahak saat boneka tangan Paman Tian menyapa dirinya. Sangat begitu lucu.
“Oya, aku lupa mengenalkan namaku! Panggil saja aku, Rocky!” tukas Rocky.
“Oh, Rocky! Semoga kita bisa menjadi sahabat ya, Rocky!” tukas Paman Tian.
“Baiklah, aku pamit dulu ya Paman Tian. Aku belum memberi makan unggas-unggasku. Besok jangan lupa tunggu aku di tempat ini kembali. Semoga aku bisa membantumu. Sampai jumpa Paman Tian...”
Usai itu Rocky pun meninggalkan Paman Tian. Tapi Paman Tian hanya bisa menekuri dirinya di atas jembatan sungai kecil itu. Sedangkan Seno, boneka tangannya ia masukan ke dalam koper besar. Ia seperti ingin meninggalkan negeri itu.
Keesokan harinya seusai mengantarkan telur-telur ke kerajaan Rocky pun kembali menemui Paman Tian di atas jembatan anak sungai kecil yang sudah disepakati bersama. Namun betapa sedihnya saat Rocky tiba di tempat itu. Paman Tian tidak ada di sana. Paman Tian tidak tampak di atas jembatan sungai kecil itu.
Rocky hanya terpekur sendiri di atas jembatan sungai kecil itu. Mendadak mata kecilnya berurai airmata.
“Sudah jangan cengeng anak jenius! Paman Tian dan Seno ada di sini sekarang...,” tetiba terdengar suara berat yang pernah Rocky dengar.
Rocky pun mencari sumber suara itu. Saat ia menoleh.
“Paman Tiaaan…, dan kamu Senoooo…! Kemana saja kalian buat aku sedih saja,” sambil menyeka airmata Rocky langsung memeluk Paman Tian.
Rocky akhirnya bisa membantu Paman Tian untuk bisa kembali menghibur anak-anak di negeri itu. Apalagi Rocky juga ingin belajar mendongeng dari Paman Tian.
Akhirnya hari itu tiba. Di mana Paman Tian dan Rocky mengadakan Pertunjukkan Mendongeng di Perpustakaan Kerajaan. Semua anak-anak di penjuru negeri pun datang. Begitu juga keluarga Kerajaan Teraju ikut menyaksikan penampilan mereka pula. Perpustakaan Kerajaan saat itu begitu ramai dan penuh gempita.
Paman Tian dan Rocky yang pertama kali mengadakan pertunjukkan dongeng di Kerajaan Teraju pun gelisah. Mereka takut akan mengecewakan penontonnya terutama anak-anak di negeri itu. Mereka pun saling adu pandang. Ada kekhawatiran menampaki di wajah-wajah mereka.
“Bagaimana nanti bila pertunjukkan ini gagal?” tanya Paman Tian pada Rocky kembali meragu. Tampak matanya nanar sambil melihat penonton di Perpustakaan Kerajaan yang besar itu.
Rocky yang mendengar tahu apa yang dirasakan Paman Tian. Ia juga tidak ingin mengecewakan Paman Tian. Apalagi semua itu adalah gagasan dari dirinya.
“Tenang saja, Paman Tian! Kita lakukan yang terbaik untuk pertunjukkan ini. Kita satukan segala kemampuan kita yang ada saat ini. Aku rasa kita mampu membuat pertujukkan berhasil dan penuh tepuk tangan serta sorak-sorai membahana,” Rocky mencoba menghibur Paman Tian agar tetap percaya pada kemampuannya.
Paman Tian pun menarik nafas. Ia berkali-kali berdoa untuk penampilannya saat itu. Semua itu dilakukannya agar ia tidak mengalami kegagalan seperti yang telah lalu.
“Kita harus percaya pada diri kita, Paman Tian! Aku saja walaupun belum pernah sama sekali berdiri dalam pertunjukkan tetap selalu semangat. Aku yakin pertunjukkan ini akan berhasil. Percayalah Paman…!” lanjut Rocky.
“Baiklah! Ayo kita lakukan dengan sekuat dan kemampuan yang ada pada diri kita ini. Ayo, anak jenius kita langsung saja ke depan panggung,” Paman Tian pun akhirnya ikut terbakar semangatnya.
“Siap, Paman Tian!”
Akhirnya Rocky dan Paman Tian bersiap-siap berdiri di atas panggung pertujukkan pergelaran dongeng di Perpustakaan Kerajaan. Apalagi para penontonnya sudah tidak sabar menunggu penampilan Rocky dan Paman Tian.
Mereka pun tampil di atas pertunjukkan itu juga akhirnya…
Tapi tidak lama kemudian waktu terus berjalan. Akhirnya penampilan Paman Tian dan Rocky pun usai. Mereka mempertunjukkan mendongeng dipadu oleh pantomin yang dilakukan oleh Rocky. Ternyata Rocky memiliki bakat bermain pantomin pula. Dan itu semua ia lakukan untuk bisa menghibur para penonton agar tidak bosan apalagi jenuh. Akhirnya semua pun berhasil Paman Tian dan Rocky pertunjukkan.
Sorak sorai dan suara gemuruh para penonton pun bergema di ruang Perpustakaan Kerajaan. Mereka ternyata terhibur oleh penampilan mereka. Itu terlihat banyaknya yang memberi tepuk tangan ke mereka. Begitu pun dengan keluarga Kerajaan Teraju. Paduka Raja Desta, Kerajaan Teraju pun terhibur pula.
Usai Paman Tian dan Rocky tampil di Pertunjukkan Mendongeng mereka pun dipanggil oleh Raja Desta untuk menghadap. Paman Tian dan Rocky pun langsung ketakutan. Mereka takut jika apa yang ditampilkannya membuat Raja tidak suka. Mereka kini hanya bisa menunggu apa yang akan dikatakan Raja Desta.
“Kalian aku panggil bukan karena kesalahan. Tapi aku memanggil kalian untuk aku jadikan sebagai Pedongeng Kerajaan. Bila nanti ada tamu undanganku di kerajaan. Kalianlah yang bertugas memnghiburnya. Bagaimana kalian bersedia?” tanya Raja Desta dengan bijaksana.
Ah, legaaa…Paman Tian dan Rocky pun akhirnya mengambil nafas panjang. Mereka lega mendengar apa yang diucapkan Raja Desta. Mereka bukan dipanggil karena kesalahan melainkan untuk pengangkatan sebagai Pendongeng Kerajaan Teraju.
“I-iya, Raja! Kami bersedia!” kompak Paman Tian dan Rocky berbarengan.
“Baiklah! Sekarang kalian boleh istirahat lebih dulu di kerajaan. Esok kalian bisa tinggal di kerajaan ini selamanya…”
“Siap, Paduka Raja!” koor Rocky dan Paman Tian.
Usai itu Paman Tian dan Rocky pun menuju ruang istirahat. Tapi Paman Tian lebih dulu menghampiri Rocky.
“Terima kasih atas bantuan kamu hei Anak Jenius! Aku berhutang budi padamu,” ujar Paman Tian pada Rocky.
Rocky hanya tersenyum malu. Ia pun mengangguk.
“Iya, aku juga ya Paman Tian. Kalau tidak ada Paman penampilanku mungkin juga tidak akan sempurna. Apalagi aku kan juga ingin seperti Paman Tian. Ingin menjadi pendongeng. Jadi kita sudah saling membutuhkan. Bukan begitu, Paman?” tanya Rocky.
Paman Tian pun ikut tersenyum. Ia jadi terharu apa yang diucapkan Rocky.
Paman Tian tidak menyangka jika Rocky, si anak pengantar telur itu sangatlah jenius sekali. Bukan hanya itu saja Rocky juga memiliki banyak bakat. Jadi Rocky bisa saling membantu dan melengkapi Paman Tian saat mengadakan pertunjukkan kembali.
Akhirnya mulai saat itulah Paman Tian dan Rocky menjadi sahabat dalam berbagai pertunjukan mendongeng di Kerajaan Teraju. Mereka siap menghibur kembali anak-anak di negeri itu.
Tentang Penulis :
Kak Ian, bekerja sebagai Guru Jurnalistik Sekolah, penulis Fiksi Anak dan Remaja dan mahasiswa jurusan PAI. Aktif di Komunitas Pembatas Buku Jakarta. Karya-karyanya Cerpen, cernak, puisi dan artikel telah dimuat di berbagai surat kabar lokal dan nasional dan online. Penulis buku Kumpulan Cerita Anak Berkarakter Belajar Blusukan dan Cerita-cerita Anak Lainnya, penerbit Mazaya Publishing House, Desember tahun 2016 dan Kumpulan Cerita Misteri dan mitos Cerita Kampung Maut dan Cerita-cerita Lainnya, penerbit Hanami, Desember tahun 2016.
Tidak ada komentar