AKU_Puisi Puisi Ferdi Albahar(Sastra Harian)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
AKU
Aku
Adalah deretan rahasia
Di depan cermin yang lugu
Aku
Adalah kepingan waktu
Yang tak pasti kapan hujan atau kemarau
Datang menghampiri
Mendung belum tentu aku
Begitupun terang
Belum tentu itu kemarau
Aku
Adalah segudang puisi
Tanpa perlu kujelaskan pada siapapun
Biar pena dan secarik kertas yang kuberitahu
Tentang siapa aku
Purwokerto, 24 April 2018
SEPATU ITU
Bahagiaku cukup
Jika kulihat sepasang sepatu hitam putih
Terbaring lusuh di rak kayu
Menjadi saksi bisu kepulanganmu
Purwokerto, 14 Mei 2018
LANGIT HUJAN
aku tak bisa memaksa senja menunjukkan jingganya
ketika langit kelam tak bersuara
yang bisa kubaca dari gelombang awan
hanya tampungan duka yang belum tumpah
hari semakin tenggelam
dengan nada hujan yang tak mampu kucerna
sebab langit menangis terburu-buru
membasahi wajah bumi
airnya meresap ke pori-pori tanah
menyuburkan pepohonan dan bunga dihalaman rumahku
Purwokerto, 14 Mei 2018
ANAK KUCING
Sehelai tali kau tarik ulur
Aku asik menangkapnya
Lamat-lamat kukuku mulai tumpul
Disepuluh menit permainanmu
Aku memutuskan melangkahkan kaki
Mencari sesepahan tulang
Tapi kau mencengkeweng leherku
Dan meledekku lagi
Rengekanku suara meong kelaparan
Tali itu jurus andalanmu
Aku hanya menatap dengan mata nanar
Bukan bermaksud mengacuhkanmu
Tapi kali ini
Batu mendarat di kepalaku
Menjadi luka
Purwokerto, 22 April 2018
KAU
Kau itu hujan
Sedangkan dingin perilakunya
Berkecamuk di hati yang mudah luruh
Kau itu api
Kecilnya kembang api
Remajanya hangatkan diri
Dewasanya menyulut kemarahan
Kau itu angin
Kadang mendekapku sejuk
Tanpa perlu permisi
Kau itu air
Tetesannya tak sabar ingin lekas kutampung
Genangannya menenangkan
Namun arusnya hanyutkan perasaan
Purwokerto, 25 April 2018
DI BALKON
Di balik pintu
Langit biru tua
Awan-awan menggulung kesedihan
Menyembunyikan senja yang biasa pamit pulang
Aku menatap kosong
Dan kini langit berubah hitam pekat
Merengkuh kesepian
Yang tak kunjung kemarau
Meski matahari terik sekalipun
Lampu desa memrotes gelap
Langit memilih meneteskan air matanya
Mendahului aku yang mulai sesak nafas
Ku dengar gagang pintu berderik
Ternyata pengurus pondok menyalaminya
Menatap sinis sembari berkata : “Cepat turun, ini sudah maghrib !”
Purwokerto, 23 April 2018
Tentang Penulis :
Ferdi Albahar. Kelahiran Purbalingga, 22 Febuari 2000. Pegiat di SKSP (Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban) Purwokerto. beberapa tulisannya pernah dipublikasikan di Kabar Madura, Nusantaranews, dan beberapa publikasi di antologi.
Tidak ada komentar