BAYANGAN YANG HILANG _Puisi Puisi Leni Levana (Sastra Harian)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
BAYANGAN YANG HILANG
Ketika aku justru terdiam dengan luka yang seakan dalam
Menganga tak nampak luka
Tapi sakit ini nyata
Pada lilin : mengapa tetap saja, gelap ini yang selalu ada saat malam?
Saat bayangan hilang saat apimu padam
Lilin : cahayaku tak terang
Tubuhku semakin hilang
Menemani lukamu
Saat bayangan hilang saat apiku padam
Purwokerto, 26 Februari 2018
Mataku tak seperti cahaya
Mampu menembus setitik lubang
Menggapai ujung tersulit
Melewati dinding kokoh
Yang menjulang sembarangan
Aku tak bisa melihat
Duri di dalam sekotak kardus
Seperti anak kecil
Yang hanya memikirkan coklat
Di dalam sebungkus kertas
Purwokerto, 16 Juli 2018
UNTUK APA?
Aku hidup di hutan
Bersama jutaan pepohonan
Menjulang tinggi dan besar
Untuk apa aku membuat kapal?
Aku memakan buah dan biji-bijian
Sayur dan tumbuhan yang ada disana
Untuk apa aku membuat kapal?
Aku punya pohon besar
Beberapa parang sederhana
Untuk membuat kapal
Tapi, untuk apa aku membuat kapal?
Purwokerto, 24 April 2018
SANG PENERBANG
Mungkin kau tetap akan disini
Walaupun aku terbang ke awan
Karena kau mencintai tanahmu
Ragu jika sayapku bisa membawamu
Kau bahkan lebih memilih lari
Daripada memotong sayapku
Dan membumi bersama
Seandainya saja kau paham
Tulusnya langit kepada matahari atau
Pengorbanan awan pada petir
Purwokerto, 23 Maret 2018
PADA GERBONG ENAM
Sepi
Hanya berisik roda-roda besi menggesek rel
Kanan kiri
Sawah yang luas dan padi yang meringkuk
Lemah dibenam air terlalu tinggi
Rasanya ingin berontak
Seperti lokomotif menjeritkan klakson
Perintah untuk semua mengalah
Tak ingin ada penghalang lajunya
Rasanya suram
Seperti berkereta siang tapi menyusuri terowongan
Menuju titik cahaya diujung rel
Tanpa berharap lebih pada terangnya
Purwokerto, 14 Mei 2018
BENANG HITAM
Aku tetap menjahit
Menusukkan tubuhku pada kain
Membawamu terajut berantakan
Sampai diujung usiamu
Mungkin kau akan berhenti merajutkan tubuhmu
Seperti benang hitam lain
Seandainya waktu tak menghabiskanmu
Kau akan abadi seperti tajam mataku
Purwokerto, 6 April 2018
BULAN YANG KU RINDUKAN
Aku tak ingin siang
Siang tak ada bulan
Matahari mengalahkan sinarnya
Ia pengganti bulan pada siangku
Bisakah aku hidup pada malam
Seterusnya tanpa siang?
Jika aku hanya bisa hidup dengan bulan
Mengapa Kau hadirkan matahari?
Mengapa aku ada pada siang?
Ini siang
Aku kehilangan bulan
Bertahanlah aku
Menunggu malam
Nanti malam ada bulan
Tapi tidak jika langit mendung
Aku harus melewati siang lagi
Dan matahari untuk
Menanti malam selanjutnya
Selalu sama
Matahari itu terang saat siang
Tapi aku butuh bulan
Purwokerto 21 April 2018
Tentang Penulis :
Leni Levana. Lahir di Banyumas, 7 Juli 1998. Dia bergiat di SKSP (Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban) di IAIN Purwokerto. Anggota PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Rayon Tarbiyah Komisariat Walisongo. Anggota aktif di ISDV (Islamic Student Demokratik Vereeniging). Karyanya pernah dimuat di media massa seperti Kabar Madura dan Nusantara News. sekarang berdomisili di Banyumas.
Tidak ada komentar