JALAN MENUJU KE SUNGAI _Oleh R.Tia
Sore yang damai dan hembusan angin sepoi bermain main di ujung rambutmu, menyusup ke celah jiwa yang paling sepi, mendadak semua rasa kangen mengapung.
Hei, adakah sesungguhnya mimpi kita tertinggal disini? karena semula kupikir kita sudah saling melupakan. Sementara tak terlalu jauh dari bibir pelabuhan, di pertigaan kelokan sungai yang meliuk begitu ritmis ruhmu masih menari mengantar ingatanmu menjelajah hingga ke jantung borneo.
Yah, inilah Barito. Sungai sepanjang 890 Km yang hulunya bermukim di keheningan Pegunungan Muller, setia mengalirkan kehidupan bagi kami yang hidup di pesisirnya selama beratus ratus tahun.
Ia adalah ibu yang dalam denyar napasnya kami pernah lahir dan tumbuh, bermain lumpur dan perahu, melemparkan mata kail hingga menunggu segerombolan ikan seluang tersesat di jala.
(Ikan Seluang)
Ah, hidup dikemas dalam cerita yang begitu ringkas hingga pelan pelan sebagian orang orang yang pernah ada di dalam kenangannya beranjak pergi.
(Udang Galah)
Hei, Aku rindu berdiri di ujung pelabuhan. Menyaksikan senja yang pelan pelan jatuh di bibir sungai meskipun semburat merahnya tak akan pernah lagi benar benar sama ( R,Tia)
Baca juga: BIOGRAFI RASA NGILU_Oleh R.Tia
Tidak ada komentar