LUKISAN HATIKU_Puisi Puisi Yunfika Dewi (Sastra Harian)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
LUKISAN HATIKU
Cintaku seperti fajar dan senja
yang selalu kembali
meski mendung kadang mengebur
rintik memintasi mengundang gerimis
Cintaku bagai embun
yang tergelincir di ujung daun
melinsir lenyap ditelan terik
namun hadir lagi di bibir pagi
Cintaku bagai malam
saat gulita meraba
jiwaku meruah sukmamu
gelintir doa untuk namamu
penghuni hatiku
Medan, 06.05.2018
KOLONG LANGIT
Jalan yang senyap
di malam keramat
langit yang berhias bintang
bagai mimbar dengan manik
Anak kecil berjalan bertel4nj4ng kaki
menapaki hidup di bibir malam
pelukan hangat ibu hanya mimpi saat pagi
saat wajah kota kasar mendidiknya
Tubuhnya merebah pada punggung yang lelah
ada kedamaian saat malam memeluknya
sebab saat siang teriakan dan makian
memaksanya menanggalkan harga diri
Malam ini di kolong langit
dia mengaisi masa lalu
teriakan lapar dari perutnya
hanya elegi raga yang mengusik lelapnya
Medan, 16 Agustus 2018
SELEMBAR SAJAK USANG
Singgah sebentar tuan
sengamati bait malam
telah lama kujajaki jarak sepi
derap langkah sepatu
masih meninggalkan tapak debu
Jendela kaca yang kayunya rapuh
kenyang termakan usia
kita pernah saling pandang di sana
saat hujan mengguyur pelataran
bayangmu kian hadir mengintai resahku
Ingin lagi aku membaca wajahmu
goresan tanya di ujung senyum
wajah teduh di lipatan hatiku
terselip kecemasan yang menikam
mungkin perlahan senyummu akan hambar
Singgah sebentar tuan
selesaikan sajak yang belum usai
ini bukan perihal melukis rindu
tapi mengeja cinta di punggung hati
saat lereng jiwa jenuh menarasikan air mata
Medan, 15 Agustus 2018
PENUNGGU ABADI
Malam merangkul bulan
dingin mengecup wajah kota
bahu jalan yang tampak kosong
lampu pelataran menyala letih tapi setia
bak beku menggigil setia kemarau tiba
Tapi bintang seolah meredup
saat tawaku tak lagi ada
awan hitam menghampiri hati yang merindu
sebab menjadi penunggu abadi yang kosong
sampai sang fajar datang memeluk sepiku
Medan, 12 juli 2018
ISYARAT JENUH
Sayang, cintaku bagai setupa
di upuk sepi
kutumpuk bongkahan kenangan kita
di perapian senja nan dingin ini
Kubakar semua rasa kecewa
agar tidak ada lagi luka
bukankah kini cintaku di hatimu
sudah bagai nisan tak bertuan
Biarlah kini kugapai fajarku
agar tiada lagi luka dan lara
lepaskan pergi jiwaku cintaku
dari pasung hatimu nan menggigil
aku lelah mencintaimu bayangmu
Medan, 13.04.2018
MENTARI BERNYANYI
Sinar jemari fajar mengetuk jendela
ketika ringkik malam kembali terlelap
saat jiwa yang masih terperangkap
di lorong lorong mimpi
Setitik cahaya menyilaukan mata
mengusir mentari yang masih terlelap
wajah kusut yang masih terbuai mimpi
mengatupkan ruh yang masih mengambang
Kulepas pandang dari sebalik tirai jendela
kulihat bunga yang semalam kuncup
kini mekar bermandikan sinar mentari
kugantungkan rona merah
di bibirku yang tersenyum
Burung-burung bernyanyi merdu
mempercantik lukisan di langit biru
jemariku tak lagi ragu
membuka pagi indahku
taakan kubiarkan mendung mengusik mentariku
Medan, 03.04.2018
SAJAK TERIK
Siang ini
nada angin begitu payau
terik yang menyengat
membakar kelekar jiwa
Pohon-pohon perdu
enggan meneduh
membiarkan akar terbakar
di terik yang mengerik
Burung enggan terbang
peluh membasahi membeban
sayap-sayap patah
terbangpun tak kuasa
Sedang awan nampak lara
merengek pada mendung
kapan tiba pekatnya
menggenang kemarau jiwa
Medan, 11.04.2018
Tentang Penulis:
Yunfika Dewi, lahir di Medan dan besar di Binjai. Sebagai ibu rumah tangga, menyukai puisi sejak duduk di bangku SMA. Dan tergabung di beberapa komunitas menulis media sosial, puisi puisinya di posting di fb dll, tergabung juga dalam buku KUNANTI DI KAMPAR KIRI (Riau) 2018.
Tidak ada komentar