MENULIS SEBAGAI KERJA MANUSIAWI_Oleh Sulaiman Djaya
“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya” (Ali bin Abi Thalib as)
Dalam buku yang ia tulis, The Way of Being Free, penulis Afrika Ben Okri mengungkapkan, “Jika Anda ingin mengetahui apa yang berlangsung di sebuah zaman, cari tahulah apa yang terjadi dengan para penulisnya.”
Apa yang diungkapkan Ben Okri itu bukan bermaksud dramatis atau berlebihan, tetapi lebih ingin menekankan bahwa kerja kepenulisan adalah kerja intelektual, pembebasan yang sekaligus kerja historis dan kultural. Para penulis acapkali melawan ketidakjujuran dan k0rupsi, contohnya. Baca saja tulisan-tulisannya Ali Syariati atau Albert Camus, misalnya.
Masyarakat bisa jadi bungkam dalam ketakutan karena intimidasi tirani, tetapi penulis-lah yang mengambil sikap untuk bersuara.
Di sini kita bisa menyebut orang-orang seperti Vaclav Havel, yang dengan esai-esai dan drama-dramanya menyuarakan perlawanan politis terhadap rezim diktator di negerinya, atau Nawa El-Saadawi yang dengan novel-novelnya bersuara untuk melawan penindasan dan ketidakadilan yang ditimpakan kepada kaum perempuan.
Sebuah masyarakat dapat bertahan hidup dalam kemampuan yang luar biasa demi menantikan pergantian sejarah ketika mereka berada dalam tekanan para tiran, hingga wabah waktu akhirnya menggerogoti dirinya sendiri, tetapi para penulis melakukan pemberontakan terhadap penantian dan berkisah dalam buku-buku dan tulisan-tulisan mereka:
Tentang kerusakan ekologis dan lingkungan oleh ulah korporasi dunia, tentang ketidakadilan dan keprihatinan yang meruak dan bergeliat di gang-gang dan jalan-jalan kumuh kaum urban yang tersisihkan, dan lain sebagainya.
Kerja kepenulisan adalah kerja pencerahan, sebuah kerja untuk menyebarkan pencerahan, kerja untuk menghidupkan intelegensia dan merawat martabat kemanusiaan di tengah dunia yang mudah sekali terkorupsi, di tengah dunia yang acapkali dikobarkan dengan kebencian, atau di tengah dunia yang dimonopoli kaum korporat yang menghalalkan segala cara demi keuntungan, semisal dengan menghalalkan perang dan pertumpahan darah.
Para penulis mestilah adalah orang-orang yang sadar dengan apa yang dilakukannya, bahwa menulis adalah dalam rangka menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan yang seringkali rawan k0rupsi dan hipokrisi.
Sebagai kerja emansipatoris dan penyebaran wahana pencerahan itulah, para penulis acapkali mereka yang menjaga dan menghidupkan kesadaran manusiawi, yang karenanya pula menjadi para penyumbang dan perubah wawasan historis dan kultural, tak jarang ikut merubah jalan sejarah itu sendiri. Dostoievsky, misalnya, telah membangunkan rasa solidaritas humanis melalui prosa-prosanya, sebagaimana Ali Syariati ‘membangunkan’ generasi muda Iran di zamannya untuk tampil percaya diri demi kemajuan dan kemerdekaan Iran melalui tulisan-tulisannya selain lewat ceramah-ceramahnya.
Ibn Rusyd pernah menyatakan bahwa ‘Gagasan dan pemikiran memiliki sayap’, dan gagasan serta pemikiran yang ia maksudkan adalah gagasan yang dituliskan, sehingga dapat dibaca oleh orang lain atau oleh generasi selanjutnya.
Tak diragukan, kerja kepenulisan adalah kerja manusiawi dalam rangka turut serta menjaga dan membangun kesadaran manusia itu sendiri dalam keseharian, bersama langkah-langkah sejarah yang acapkali dibajak oleh kezaliman, k0rupsi, dan ketidakjujuran. Selain menulis juga sebagai wujud mengembangkan ilmu pengetahuan bagi hidupnya martabat manusiawi.
Sulaiman Djaya, pembaca literatur sastra, filsafat, dan budaya.
Tidak ada komentar