KALIMAT YANG TERSESAT_Puisi Puisi Titik Damayanti (Sastra Harian)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
KALIMAT YANG TERSESAT
Tak juga tumbuh biji kekata
yang kau tanam di samping pagar rumahku
hingga kini rindu itu masih terjebak
di tepian sawah,
negeri yang kau cintai.
Di sini
aku menuang secangkir tulisan
perihal kalimat yang tersesat
untuk sekedar memenuhi hasrat yang berkeliaran.
Gresik, 30 Agustus 2018
Jika rindu ini kembali, kau akan lihat
tak ada jejak pipit dan bunga matahari
di teras rumah.
Angin sejuk dan harum aroma embun telah bertualang
kenangan lampau ketika waktu masih begitu muda
hilang tak tersisa.
Dahulu, di sini ada biji kebersamaan tumbuh
bermain di antara rerimbun tanaman padi
dan petani yang berjalan kaki.
Jika rindu ini kembali, kau akan rasakan tusukan jarum,
monster berserakan di tepi jalan
juga kekata licin yang menjatuhkan langkah.
Langit masihlah sama
tapi jalan setapak telah berubah
digerus tajamnya teknologi.
Jika rindu ini kembali, kau takkan sanggup menahan diri
dari semua metamorfosa alam desa
yang dulu asri kini jadi genggaman asap tak bertepi.
Gresik, 19 Agustus 2018
JEJAK BULAN KEMARIN
Ketika angin telah lama bertualang
jauh melangkahkan kaki
ke dalam rimba paling sunyi
dan sungai berbatu.
ini tentang jejak bulan kemarin
yang tertinggal di teras rumahmu
berteman basah aroma kakimu
yang masih membekas tebal di pelataran taman.
Di antara rerimbun hutan itu
kita masih terjebak kalimat rindu
hasrat selalu menjebak kita dalam dinginnya cuaca
yang memagari malam
rasa telah menjelma kekata latah di tepi jalan
lalu berjalan pada tikungan persinggahan.
Gresik, 19 Agustus 2018
KEMARAU DI AWAL JANUARI
Saat Januari baru saja singgah
jauh di sudut ruang sunyi
menjauh dari api yang pernah kau nyalakan
di pinggir jalan desa.
Aku melukis sebuah puisi
dari selembar kepercayaan yang ingin kutitipkan padamu
untuk jauh menyelam ke dalam bahasa matamu
dan menyusunnya menjadi melodi hati.
Akankah ada kemarau di awal Januari?
Atau hanya sekedar kalimat latah yang bersembunyi
dan hilang dicairkan panasnya udara bumi.
Gresik, 20 Agustus 2018
BENJENG, SINGGAHLAH KE MATAKU
Kemari….
berkunjunglah ke mataku
telah kusiapkan secangkir kopi di meja tamu
untuk mengusir kejahilan angin
yang menjelma dingin di tubuhmu .
Singgahlah ke mataku
maka-
akan kau lihat sekelumit kalimat indah di sepanjang jejalan
dan barisan senyum akan menyambutmu.
Datanglah
telah kusiapkan kopi di sudut ruangan hampa itu
ada banyak kalimat yang berserakan
di bawah jejak malam ini.
Gresik, 30 Agustus 2018
WANITA PECINTA HUJAN
Entah apa yang kupikirkan?
tetiba aku menyukai hujan
seperti angin yang menuai kerinduan.
Aku membungkus rapi ucapanmu
dalam malam yang semakin menepi
jauh ke alamat yang terlupakan.
Kusebut ia wanita pecinta hujan
yang bermain di antara rintik tetesan awan
juga tentang kekata yang paling jauh
mengalir bersama untaian sajak indah.
Gresik, 30 Agustus 2018
Tentang Penulis:
Titik Damayanti. Salah seorang siswi di Madrasah Aliyah Negeri 2 Gresik yang gemar menulis puisi. Beberapa karyanya dipublikasikan di media online www.simalaba.net dan www.lantes.web.id, juga tergabung dalam antologi puisi Kunanti di Kampar Kiri (Riau).
Tidak ada komentar