JEJAK CINTA ALI AHMAD BAKATSIR DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA_Oleh Nila Munasari
Prodi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah mengadakan seminar “ Ali Ahmad Bakatsir: Sastrawan Dalam Jejak Sejarah Indonesia dan launching buku Audatul Firdaus” Senin,24 September 2018.
Seminar internasional ini sukses memadati gedung teater Prof. Bustami Abdul Ghani Fakultas Adab dan Humaniora hingga tak ada bangku yang tersisa. Seminar dan launching buku Audatul Firdaus yang mampu menarik perhatian khalayak ini diisi oleh direktur Menara Center Jakarta, Nabil A. Karim Hayaze serta dua narasumber lain Dr. Abdul Hakim Abdullah Zubaidi yang berasal dari Uni Emirat Arab dan dosen Bahasa dan Sastra Arab Ali Hasan Al-Bahar, MA. Semakin lengkap dibumbui dengan tarian Saman disela-sela acara.
Masih awam di telinga dan mata beberapa orang Indonesia bahwa Bakatsir adalah Sastrawan dan pejuang kemerdekaan keturunan Indonesia, lahir di Surabaya, 21 Desember 1910. Nur Bob Said, ibunya asli Surabaya. Saat umur 10 tahun sang ayah Ahmad Bakatsir membawanya ke Hadramaut (Yaman).
Nabil A. Karim Hayaze memaparkan bahwa peran Bakatsir sangat berpengaruh bagi kemerdekaan Indonesia, lewat Audatul Firdaus (Kembalinya surga yang hilang) sebuah roman drama yang menggambarkan secara detail bagaimana perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Bagaimana peran Soekarno, Hatta, Syahrir, dan peran perempuan Indonesia. Menariknya, menurut Dr. Abdul Hakim Abdullah Zubaidi beliau menambahkan nama Ahmad untuk Soekarno agar mendekatkan masyarakat Arab tentang Indonesia dan mengubah opini publik tentang Indonesia yang mana mampu dipimpin oleh ketiga pemimpin yang luar biasa.
Dosen bahasa dan sastra arab Ali Hasan Al-Bahar, MA juga sepakat bahwa Ali Ahmad Bakatsir memiliki pengaruh besar, sebab dalam karyanya banyak pujian untuk Indonesia. Bahkan Bakatsir menganggap Indonesia sebagai surganya dunia, taman keagungan dan para singa pemberani.
Bakatsir dalam berkarya banyak dipengaruhi oleh Mutanabbi. Berkat karyanya, Bakatsir patut dinobatkan sebagai tokoh gerakan pejuang dan pembela kemerdekaan Indonesia. Karena mampu mengubah pandangan pemimpin liga Arab serta mampu menjadi jembatan Indonesia untuk diakui kemerdekaannya di ranah dunia.
Di dunia Arab, karya beliau: novel, puisi, prosa maupun drama, sudah menjadi bacaan wajib bagi para pelajar dan akademisi. Semoga kelak Indonesia mampu mengenalnya lebih dalam dan menjadi bacaan wajib guna menambah wawasan masyarakatnya.
Dari Bakatsir kita belajar, bahwa mencintai negeri bisa dengan cara apa saja. Jika Soekarno, Hatta, Syahrir dan masyarakat Indonesia mengungkapkan cintanya lewat perjuangan kemerdekaan, maka Bakatsir memperjuangkan cintanya lewat karyanya. Sebab, setiap orang punya jejak cintanya masing-masing untuk merdeka.
Tidak ada komentar