PARENTING DALAM PERSPEKTIF ISLAM_Oleh Anisatul Maftukhah
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu)
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk
tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk
tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
Mendidik anak secara islami sangat perlu dipraktikan oleh orang tua, karena harapan setiap orang tua untuk anaknya adalah agar ia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dari segi fisik maupun psikis. Dalam hal ini peran orang tua dalam mendidik anaknya sangat berpengaruh besar bagi masa depan anaknya, karena orangtuanyalah yang mendidik dan mengarahkan anaknya untuk melalui arus kehidupan.
Anak adalah anugrah sekaligus amanah yang harus dijaga dan dibimbing orang tuanya dalam segala hal. Oleh karena itu, kasih sayang, perhatian , motivasi dan dorongan sangat diperlukan bagi perkembangannya. Sehingga dia akan tumbuh dengan baik bila semua hal tersebut diberikan. Namun, kasih sayang yang orang tua berikan hendaknya sesuai dengan porsinya atau tidak perlu berlebihan, cukup agar dirinya merasa ada dan dicintai. Sesekali anak harus mengerti arti kesusahan, kelaparan, kedinginan dan hal-hal menyakitkan yang lainnya agar ia tahu arti bersyukur bahwa diluar sana masih banyak orang yang lebih menderita darinya.
Anak-anak pada usia 0-2 tahun harus dijaga dengan ketat, karena perkembangannya yang begitu cepat dan terlihat, dalam usia ini pula banyak hal-hal yang ditiru dan dipelajari oleh seorang anak. Maka, orang tua perlu memperhatikan serta memberi teladan yang baik bagi si anak. Pada masa ini biasa disebut dengan golden age atau masa emas, sehingga akan lebih baik jika disetiap hari anak diberi stimulus yang positif, seperti didengarkan murotal lantunan ayat suci al-Qur’an.
Pelajaran pertama yang harus diketahui anak adalah masalah Aqidah seperti dalam sebuah hadis “ Dari Amar bin syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya radiyaallahuanhu ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)”. (HR. Abu Daud no 495 dalam kitab salat,Ahmad (II/180,187) dengan sanad Hasan”. Dalam keterangan hadis ini dijelaskan bahwa ketika umur tujuh tahun anak harus diajarkan salat. Dalam hal ini aspek ketauhidan adalah aspek yang pertama dan paling utama diajarkan pada anak, dengan melatih anak untuk solat, puasa dan ibadah-ibadah mahdah yang lainnya, dengan memberikan pengertian bahwa salat adalah pembeda seorang mukmin dengan yang lainnya serta salat adalah amalan pertama yang akan dihisab kelak di akhirat nanti. Ketika umur sepuluh tahun jika dia tidak salat maka dipukul, dalam hal ini pukulan yang diberikan hendaknya bukan pukulan yang menyakitkan. Tindakan ini merupakan tindakan represif yaitu dengan sanksi/ hukuman hanya untuk memberikan efek jera pada anak dan agar anak mau mengikuti perintah orang tua untuk salat.
Dalam al-Qur’an kisah mendidik anak juga disampaikan oleh Allah SWT pada Q.S. Luqman ayat 13, artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Hidup sederhana juga harus diajarkan pada anak-anak seperti Baginda Nabi yang selalu mencontohkan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kisah Rasulullah dengan putrinya Fatimah binti Muhammad yang pada suatu hari meminta agar dia diberikan seorang pembantu untuk mengurus keperluan dan kehidupan sehari-hari. Namun, nabi menolak permintaan putrinya bukan karena nabi tidak sayang, hal itu karena anaknya harus diajarkan mandiri dan hidup sederhana serta memberi pengertian bahwa ketika ia melayani suaminya seorang istri akan mendapat surga-Nya.
Dalam hal menuntut ilmu pun seorang anak perlu diperhatikan waktunya kapan untuk belajar dan mengaji, dan kapan waktu untuk bermain, agar mereka terbiasa terkondisikan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat. Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dari ayunan hingga liang lahat. Seorang anak perlu dibekali ilmu agama yang ia dapat dari madrasah diniyah dan ilmu-ilmu umum yang ia dapat dari sekolah-sekolah formal.
Dalam hal berbicara pun anak harus diajari dengan baik. Karena, lidah manusia bisa lebih tajam dari pisau. Jika anak dilatih dan diajarkan perkataan-perkataan yang baik maka ia akan meniru dan menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Tutur kata yang baik akan membuat anak disukai oleh masyarakat sekitar. Dalam adat jawa ada tingkatan berbahasa yang tinggi yaitu krama inggil. Bahasa ini dipakai oleh orang yang lebih muda terhadap orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan. Oleh sebab itu, bagi orang Jawa, setiap orang tua perlu melatih anak untuk menggunakan krama inggil dalam kehidupan sehari-harinya. Karena kebanyakan orang tua menginginkan anaknya menggunakan bahasa krama pada orang yang lebih tua namun, mereka tidak mengajarkan dan mencontohkan bahasa itu sendiri dalam percakapan sehari-hari.
Sebagai seorang anak, tentunya akan merasa senang apabila dia mendapat perhatian dalam bentuk hadiah yang diberikan orang tuanya sebagai apresiasi terhadap prestasi yang dicapai oleh seorang anak. Hal ini tentunya membuat anak semakin terdorong untuk meningkatkan prestasi baik secara kognitif maupun psikomotorik. Rasulullah pun senang memberi hadiah dan diberi hadiah karena hal itu merupakan tanda kasih sayang sesama manusia. Apabila orang tua dapat menyenangkan hati anak serta mendidiknya dengan kasih sayang yang tulus maka anak tersebut akan tumbuh dengan baik.
Dengan mengikuti cara Rasulullah mendidik anak maka Insya Allah putra-putri yang dididik akan tumbuh sebagai anak yang sholeh dan sholehah dan menjadi generasi yang unggul dengan ahlaqul karimah dan ilmu yang bermanfaat. Maka inilah satu hal yang tidak akan putus bagi orang tua meskipun ia telah wafat yaitu doa anak yang sholeh.
Tentang Penulis:
Anisatul Maftukhah. Mahasiswa Semester 2 Program studi PAI IAIN Purwokerto lahir di Banyumas pada5 Desember 1999 yang bergiat di Sekolah kepenulisan Sastra Peradaban IAIN Purwokerto dan mondok di Pondok Pesantren Al-Amien Purwokerto Wetan.
Tidak ada komentar