SAMPAI KE BAITULLAH_Puisi Puisi Syukrina Ilhamdah (Sastra Harian)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu)
SAMPAI KE BAITULLAH
Berlari ke gunung mendarat di laut
Lelah
Senja, malam, hujan obat b1us mereka
Jangan pernah tinggalkan salat
Bersifat realistis bukan ideologis
Belajar dengan pengalaman bukan teman
Menghardik, memerintah
Tapi tersenyum dibaliknya
Laksana tumbuh hutan yang menyejukkan
Menyandarkan masalah dengan al-quran
Tindakan berlandaskan hadist
Al-quran penenang hati, penyejuk jiwa
Setiap kata bagaikan salju
Pakaianmu laksana kiswah
Pariaman, Oktober 2018
SAJAK SEPERTI
Kau tahu aku tak sombong
Dia tahu aku egois
Kau tahu aku tak dengki
Dia tahu aku iri
Kau tak paham aku bisa
Dia paham aku bisa
Seperti itu seperti ini, aku bisa
Tapi, seperti ini seperti ini, aku tak bisa
Pariaman, Oktober 2018
ASSALAMUALAIKUM, MAAF, DAN TERIMA KASIH
Egoku yang telah memecah semuanya
Aku baru tersadar di bawah amarahku
Aku baru menyadari kalau kita
Mempunyai dunia masing-masing
Dan itu tak mungkin untuk aku tembus
Begitu juga denganmu
Banyak kata yang ingin ku ucapkan
Banyak tawa yang ingin ku lepaskan
Namun sedihku yang selalu menjadi
Pengikat kita berdua
Aku hanya orang biasa
Begitu juga dengan kamu
Tak ada yang istimewa diantara kita berdua
Lebih tepatnya kita hanya gadis kecil
Yang belum mengerti apa-apa tentang dunia
Namun seiring hari yang ku lalui
Perlahan aku mengerti apa maksud dunia
Begitu banyak bau busuk disekitar kita
Namun hidungu tak peka
Sampai aku terjerumus ke dalamnya
Dan tidak ada yang menolongku
Sayapmu memenuhi cahaya matahari
Membuat teduh kepala ubun-ubunku
Kau memarahiku dan aku tersenyum
Begitu lembutnya katamu di hatiku
Masih ada yang peduli kepadaku
Dibalik sandiwara dunia ini
Pariaman, Oktober 2018
SAMPAI KE BAITULLAH 2
Kemana jari melangkah
Disitu ada tangannnya
Mengajak pena menari
Memintal senyum untukmu
Sukmamu bagaikan air di surga
Mengaliri amarahku menjadi dingin
Menatap cinta di langit ke tujuh
Pariaman, Oktober 2018
SEREMONIA SONTEK
Anjing-anjing itu menggonggong
Menjilat pada pendatang
Dari negri entah berantah
teriakan diselimuti tawa sementara
Hata
Menangis histeris dalam kalbu
Si pendatang tertawa
Melihat anjing menelan ludahnya
Karena hanya jawaban kosong
Pariaman, Oktober 2018
TANYAKAN SAJA KEPADA MALAIKAT
Bukannya tidak mengenal
Hanya saja tidak tahu nama
Badai galatoma senja datang menghampiri
Beribu kata ilmiah dan puisi cinta
Tercetak manis dalam syair
Kau hanya tidak mengenal
Namun dalam pertemuan hati
Kau memeluk menghilangkan nestapa
Membuat sebongkah memorabilia
Hati ini menangis atau tertawa
Tanyakan saja kepada malaikat
Pariaman, Oktober 2018
HANYA
Kau tahu
Dia selalu berjuang untuk orang yang salah
Bagaikan menjaga lilin di tengah badai
Pariaman, Oktober 2018
JAWABAN DARI SEMBILAN PULUH SEMBILAN
Setitik senja
Di tengah hujan
Di bawah rintik matahari,
Ialah badai subuh
Sampai semut merah mencari ibunda
Di tengah senja yang menanti janji.
Tuhan aku bertanya
Tanyakan saja pada malaikat!
Karena sembilah puluh sembilan adalah jawabannya
Pariaman, Oktober 2018
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk
tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
SAMPAI KE BAITULLAH
Berlari ke gunung mendarat di laut
Lelah
Senja, malam, hujan obat b1us mereka
Jangan pernah tinggalkan salat
Bersifat realistis bukan ideologis
Belajar dengan pengalaman bukan teman
Menghardik, memerintah
Tapi tersenyum dibaliknya
Laksana tumbuh hutan yang menyejukkan
Menyandarkan masalah dengan al-quran
Tindakan berlandaskan hadist
Al-quran penenang hati, penyejuk jiwa
Setiap kata bagaikan salju
Pakaianmu laksana kiswah
Pariaman, Oktober 2018
SAJAK SEPERTI
Kau tahu aku tak sombong
Dia tahu aku egois
Kau tahu aku tak dengki
Dia tahu aku iri
Kau tak paham aku bisa
Dia paham aku bisa
Seperti itu seperti ini, aku bisa
Tapi, seperti ini seperti ini, aku tak bisa
Pariaman, Oktober 2018
ASSALAMUALAIKUM, MAAF, DAN TERIMA KASIH
Egoku yang telah memecah semuanya
Aku baru tersadar di bawah amarahku
Aku baru menyadari kalau kita
Mempunyai dunia masing-masing
Dan itu tak mungkin untuk aku tembus
Begitu juga denganmu
Banyak kata yang ingin ku ucapkan
Banyak tawa yang ingin ku lepaskan
Namun sedihku yang selalu menjadi
Pengikat kita berdua
Aku hanya orang biasa
Begitu juga dengan kamu
Tak ada yang istimewa diantara kita berdua
Lebih tepatnya kita hanya gadis kecil
Yang belum mengerti apa-apa tentang dunia
Namun seiring hari yang ku lalui
Perlahan aku mengerti apa maksud dunia
Begitu banyak bau busuk disekitar kita
Namun hidungu tak peka
Sampai aku terjerumus ke dalamnya
Dan tidak ada yang menolongku
Sayapmu memenuhi cahaya matahari
Membuat teduh kepala ubun-ubunku
Kau memarahiku dan aku tersenyum
Begitu lembutnya katamu di hatiku
Masih ada yang peduli kepadaku
Dibalik sandiwara dunia ini
Pariaman, Oktober 2018
SAMPAI KE BAITULLAH 2
Kemana jari melangkah
Disitu ada tangannnya
Mengajak pena menari
Memintal senyum untukmu
Sukmamu bagaikan air di surga
Mengaliri amarahku menjadi dingin
Menatap cinta di langit ke tujuh
Pariaman, Oktober 2018
SEREMONIA SONTEK
Anjing-anjing itu menggonggong
Menjilat pada pendatang
Dari negri entah berantah
teriakan diselimuti tawa sementara
Hata
Menangis histeris dalam kalbu
Si pendatang tertawa
Melihat anjing menelan ludahnya
Karena hanya jawaban kosong
Pariaman, Oktober 2018
TANYAKAN SAJA KEPADA MALAIKAT
Bukannya tidak mengenal
Hanya saja tidak tahu nama
Badai galatoma senja datang menghampiri
Beribu kata ilmiah dan puisi cinta
Tercetak manis dalam syair
Kau hanya tidak mengenal
Namun dalam pertemuan hati
Kau memeluk menghilangkan nestapa
Membuat sebongkah memorabilia
Hati ini menangis atau tertawa
Tanyakan saja kepada malaikat
Pariaman, Oktober 2018
HANYA
Kau tahu
Dia selalu berjuang untuk orang yang salah
Bagaikan menjaga lilin di tengah badai
Pariaman, Oktober 2018
JAWABAN DARI SEMBILAN PULUH SEMBILAN
Setitik senja
Di tengah hujan
Di bawah rintik matahari,
Ialah badai subuh
Sampai semut merah mencari ibunda
Di tengah senja yang menanti janji.
Tuhan aku bertanya
Tanyakan saja pada malaikat!
Karena sembilah puluh sembilan adalah jawabannya
Pariaman, Oktober 2018
Tidak ada komentar