KEMUDIAN JADI BINGUNG_Puisi Puisi Muharam L Hakim
KEMUDIAN JADI BINGUNG
Ketika melihat seseorang berpengaruh di dunia ini
Mengabarkan kepada kita tentang perjalanan tugas
Ya tugas...tugas apalagi selain tugas negara
(Caption nya seperti itu)
Mereka mereka mengabarkan seperti menebarkan
Menebar gambar di berbagai media sosial yang followers nya mengakar
Mengabarkan cerita di lini masa yang viewernya sangat banyak
Bahkan tak jarang live report juga
Berbagi gambar dan video
Seperti biasa...
Awalnya...
Saya sangat senang
Saya sangat bahagia
Melihat kabar kabar orang berpengaruh di dunia ini
Mendengar cerita cerita orang berwenang di dunia ini
Dengan harapan bisa mengetahui perjuangan perjuangan mereka dalam melaksanakan tugas
Tapi..
Bukan hasil dari tugas yang mereka kabarkan
Bukan kinerja dari kerja yang mereka kisahkan
Bukan ....
Bukan semua informasi yang kami inginkan
Nyatanya....
Mereka hanya menyuguhkan indahnya langit yang dibidik dari jendela pesawat
Mereka hanya mengisahkan empuknya kasur hotel yang mereka loncat loncati
Mereka hanya menceritakan gemerlap nya kota lain
Mereka hanya mengabarkan sajian sajian di meja makan yang mereka kunjungi
Seperti biasa
Kami bertanya
Kami juga menjawab
Dan bertanya lagi ..
Kenapa dikabarkan kalo untuk dikaburkan
Kemudian kami bingung
Dan menjadi linglung
TANPA ADA TATAP
Pada saat tersesat
Tidak merasa sesaat
Terkunci dalam benci
Tanpa ada tatap
Pada waktu khilaf
Tidak merasa kalap
Terpaku dalam beku
Tanpa ada cumbu
Aku ingin keluar dari saat
Aku ingin pergi dari waktu
Mendekap cinta
Mencumbu rindu
Semoga sesatnya sesaat
Semoga khilafnya sadar
Aku ingin bergandeng harmoni
Aku ingin berpeluk damai
SISA NAFAS MALAM ITU
Tidak tahu begitu benci
Tidak tahu begitu cinta
Tidak tahu begitu khawatir
Yang pasti hasrat ini tertinggal di masa itu
Kelam ya begitu kelam di hari hari itu
Rindu berasa dendam
Dendam berasa rindu
Membayangi dalam Hela nafas yang terengah-engah
Dengan sisa nafas malam itu
Aku berlari diterik matahari menghindar rindu
Berharap mengapung dalam keringat
Yang berlayar menjumu
Tanpa sapa
Tanpa kabar
Tanpa halo
Tanpa ketik
Kita selalu bertemu dalam doa doa kebaikan
SAJAK ANGKA DAN HURUF
(Kepada: Jaro Kidul)
Kawan....
Angka angka itu
Tidak akan menjadikan kita pusing
Huruf huruf itu
Tidak akan membuat kita bingung
Tapi....
Deretan angka angka itu
Akan menjadikan kita dewasa
Barisan huruf huruf itu
Akan menjadikan kita bijak
Maka...
Angka angka itu kita susun
Untuk dijadikan laporan kehidupan
Huruf huruf itu kita rapikan
Untuk dijadikan catatan atas laporan kehidupan
Kawan...
Kita ditimbang dengan angka-angka
Kita dinilai dengan huruf-huruf
Kawan...
Mudah-mudahan kita tepat dalam menyusun angka kehidupan
Sehingga laporan kehidupan kita wajar tanpa pengecualian
Mudah-mudahan kita benar dalam merangkai huruf kehidupan
Sehingga catatan atas laporan kehidupan kita dapat diyakini kebenarannya
Kawan....
Angka menjadi pengurang
Semoga menjadi pengurang salah dan dosa
Angka menjadi penambah
Semoga menjadi penambah amal baik
Dan...
Yang pasti....angka menjadi pengurang saldo umur kita
Yang pasti....kita tidak akan berhenti dengan angka dan huruf
Semangat terus kawan...
Semoga menua dalam angka yang baik dan huruf yang bijak
TENTANG NANTI
Nanti..
Kita berbisik tentang itu
Nanti..
Kita cerita tentang ini
Nanti..
Kita berkisah tentang hidup ini
Nanti..
Kita melangkah dijalan itu
Nanti..
Kita berkeluh tentang derita
Nanti
Kita berkesah tentang masalah
Nanti..
Kita...
Ah....
jika sederhana
Jika mudah
Jika gampang
Aku sudah lupa tentang itu ini
Aku sudah lupa tentang ini itu
SAJAK KAKI
Kaki bertugas untuk berjalan
Entah di jalanan berliku
Atau berlubang
Terkadang becek
Kaki terus saja melangkah
Entah diatasnya ada beban
Atau harus berakselerasi
Terkadang sakit
Dan......tiba tiba terperosok kemudian jatuh
Kemudian ramai ramai menuduh
Kaki bersalah karena tidak mampu menopang beban
Kaki lalai dalam menyikapi akselerasi
Hmmmm.....
Bukankah yg memutuskan beratnya beban itu tugas punggung?
Bukankah yang memutuskan berakselerasi itu otak?
Jangan karena kaki yang mendefinisikan berdiri kemudian semua tunjuk murka diarahkan ke kaki
Jangan karena kaki yang mengartikan langkah kemudian semua umpat sinis ditujukan ke kaki
Sebab kaki punya tendangan yang melebihi kekuatan tinju
Dan...
Tendanglah kemunafikan duniamu
(Tentang Penulis: Muharam L Hakim, bekerja di salah satu instansi pemerintah di Pandeglang-Banten. Ia sangat menyukai sastra dan selalu menyempatkan untuk menulis puisi di sela sela kesibukannya)
Tidak ada komentar