Puisi Mira M_ISTANA MERAH
Sulitnya menemukan ruang siar, terutama bagi sobat pendatang baru di kancah kesusastraan tanah air, mendorong SIMALABA untuk menyediakan lembar khusus bagi sobat Simalaba agar tak putus asa serta tetap semangat berkarya. Kirimkan karya sobat ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek SASTRA HARIAN (Mohon maaf, laman ini tidak berhonor)
AIR MATA UNTUK CINTA
Pagi yang dini, hati secerah langit
Menanti sapaan mesra sang kekasih
Seperti mentari,
Riang tingkah polah menarikan unggas
Berirama angin
Merenungi diri di atas rerumput permadani
Gamang bergelayut di dalam jiwa,
Memaknai isyarat tak bisa diterka
Buyarkan ricuh kicau kutilang
Mengitari ubun-ubun beringin
Tubuh rapuh seketika lunglai,
Bagai dedaun berguguran helai demi helai
Selentingan suara lirih mengusik daun telinga
Terbata-bata kalimah hitam dan putih
Serasa duri meng0yak harapan
merobek lembaran dalam agenda,
Lukisan tangan hatimu-hatiku
Terpatri dibalik sampul biru
Air mata jatuh untuk cinta
Ia lepaskan ikatan lingkar mayang,
Sekian warsa bersama bak hujan dan guntur
Hati bersiteru beri jawaban pasti
Luahkan segala hasrat terpendam
Agar aku bisa tegar bagai gunung diterpa badai
Tuhan yang Esa,
Jaga ia dalam malam dan siang
Pada badai dan topan hingga redup bintang
Bertemu di ruang rindu masa lelap tidurmu
Mengikat janji seputih tulang pada tubuh
Antara kau dan aku
Oman: 19 Januari 2019
SAYAP-SAYAP PATAH
Perawan pesisir mencari patahan cincin
Tercecer jauh di pohon purba tengah gurun
Tubuhnya sempoyongan bagai kayu lapuk
Tersungkur dangkal lautan pasir
Terpancar letih dari paras bulan
Butir demi butir keringat yang gugur
Suara angan halusnya berbincang pada angin
Sibaklah awan pekat agar kulit cerlang
Tertimbun daun dan ranting
Bukankah berdua akan mengenakannya?"
Pada Desember rangkuman semalam
Pelangi telah menghias pelataran
Meja, kursi tua terjejer rapi ruangan
Seperti hatimu hatiku menyatu seirama
Dan
Bulan,bintang mengitari cakrawala
Menjadikan saksi ikrar janji suci
Setumpuk rebab menanti waktu berbunyi
Mengiringi perjalanan menuju pelaminan
Jiwaku gamang mengharap cemas
Sekejap angin membawa kabar burung
Melempar bola-bola api asmara
Tentang bunga desa Karimun Jawa
Sayap-sayap patah
Akhir cerita menggenang rasa
Jejak sang pujangga raib
Tinggalkan benak penuh jahitan luk4
Oman: 19 Januari 2019
DALAM LIPATAN PERAHU KERTAS
Di bawah rambut sebahu beringin
Bertatapan mesra bersama sang mentari
Mengupas sunyi terkurung potret kenangan
Wajah kekasih terselubung kelambu awan
Menitipkan bait puisi pada angin pagi
Hatiku hatimu di pintu setia
Dalam lipatan perahu kertas
Mengiringi aliran sungai ujung mataku
Seperti lekat candu dalam jiwa
Walau usang terkubur masa
Sesekali aku tersenyum lepaskan getir
Menghanyutkan potret silam berdebu
Pada gemuruh ombak dalam dada
Lepaskan balutan rindu menyiksa kini
Namun senyuman manis tertinggal
Meluluh lantakkan hati sekeras gunung
Hingga akar nadi
Oman: 19 Januari 2019
ISTANA MERAH
Setelah membaca sajak biru koran pagi
Tentang bulan jatuh di pangkuan
Perempuan senja bermata bintang
Meraung pilu memecahkan malam sunyi
Mendekap tubuh tuan
Tidur dalam pelukan cahaya ilahi
Persinggahan akhir istana merah
Kerlip bintang berdzikir lantunkan takbir
Patah kuntum tinggalkan dahan
Sabda alam mengubah guntur
Dari tangisan seiring hujan
Pria berselempang duka terkulai lemah
Di atas lantai pasir halaman bunga
Mengemas pilu dari relung kalbu
Menatap bayang semu menyapa kelu
Ratapan sang dara pada angin
Ia tinggalkan dunia fana
Ia ingin sua di ruang rindu
Menyulam segulung kulindan
Jadikan bait-bait syair
Kini kau tinggalkan
Genangan telaga
Dalam hati
Takkan tandus
Oman: 19 Januari 2019
Tentang Penulis: Mira M, lahir di Jakarta 21 Mei 1993. Ia menyukai puisi sejak SD, saat ini bergabung di sebuah Sahabat Puisi Indonesia. Karyanya dipublikasikan di Harian Stabilitas dan telah dibukukan. Mira mengagumi seorang WS Rendra.
Tidak ada komentar