M SARJULI, catatkan nama Lampung Barat pada PANGGUNG SASTRA LAMPUNG 2019
Ia, M Sarjuli, pemuda yang tinggal di Desa Sinar Jaya Kec. Air Hitam, Lampung Barat ini sehari hari bekerja sebagai petani kopi. Hari harinya bergelut dengan kebun. Suasana Desa yang sejuk dan kesederhanaan hidup selalu ia maknai sebagai sebuah elemen penting pembentuk karakternya sebagai manusia yang mencintai kedinamisan.
Di balik semua yang tertaut pada alam tersebut, rupanya M Sarjuli, punya aktifitas lain yang sejak lama telah ditekuninya. Membaca dan menulis. Sejumlah karyanya pernah dipublikasi di media online, diantaranya: wartalambar.com, saibumi.com, lampungmediaonline, simalaba.net dan lintasgayo.co. Bahkan sudah diterbitkan pada sejumlah buku antologi; BULAN SEMBILAN, KUMPULAN PUISI KOPI 1550 MDPL, EMBUN PAGI DI LERENG PESAGI, MAZHAB RINDU, dan yang terbaru adalah NEGERI PARA PENYAIR (Diterbitkan oleh Dewan Kesenian Lampung 2018)
Pada hari Sabtu 15 Juni 2019 ini, ia diundang oleh Dewan Kesenian Lampung untuk menghadiri sebuah perhelatan bertajuk PANGGUNG SASTRA LAMPUNG 2019. Acara ini digelar di Kota Bandar Lampung akan diisi oleh pembacaan puisi, diskusi dan peluncuran buku antologi NEGERI PARA PENYAIR (kumpulan puisi penyair Lampung) juga buku NEGERI UJUNG PULAU (kumpulan karya Cerpenis Lampung). Dan, karya dari M Sarjuli tergabung dalam buku NEGERI PARA PENYAIR yang akan diluncurkan tersebut.
Berkat dukungan dari teman temannya di Komunitas Sastra Simalaba, ia kemudian siap untuk tampil di Bandar Lampung, bertemu dengan seniman seniman yang namanya telah tersohor di Ibu Kotanya Provinsi Lampung tersebut. Dan, yang cukup membuatnya terkesan adalah, dukungan serius dari sejumlah teman pegiat sastra di kampungnya, baik secara moril hingga biaya akomodasi.
Saat ini geliat literasi di Lampung Barat, terlihat cukup baik, meski belum bisa disejajarkan dengan daerah daerah lain seperti Bandar Lampung yang dikenal sebagai gudangnya para sastrawan. Di Lampung Barat, kini ada sejumlah elemen masyarakat yang mulai mencintai dunia literasi. Hal tersebut dapat dilihat dengan mulai lahirnya komunitas kecil calon calon penulis lokal setempat, dibukanya lamban-lamban baca, dan terbentuknya GLD (Gerakan Literasi Daerah), dll. Ada pula sejumlah nama baru dari Lambar yang intens mengikuti event literasi di luar Lambar, baik event berskala lokal dan nasional. (Redaksi)
Tidak ada komentar