NASEHAT LEBAH PINUS_Puisi Puisi Tinta Biru(Sastra Harian)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu)
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini untuk memberi ruang bagi sahabat pemula Dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
NASEHAT LEBAH PINUS
/1/
tetesan air dari jemari pinus satu persatu bergulir
menyatukan wujud air
sang pati mengering siap menikmati daur
menyusul kawanannya di stasiun pemberhentian terakhir
segerombolan lebah masih sibuk membangun sarangnya
sepasang prajurit pekerjanya mengikuti langkahku
mereka seolah-olah bertanya:
kau dari mana, mau kemana gadis bingung
aku hanya diam, tak perduli
angin yang hilir mudik datang lama kelamaan menyiarkan
berbagai dialog yang pernah terdengar
tentang janji yang sudah diingkari
harapan-harapan yang telah pergi
mimpi-mimpi yang lari
dibawa pencuri hati
pergi
/2/
tetesan air dari mataku satu persatu bergulir
menyatukan wujud air
sang pati belum mengering untuk siap menikmati daur
pergi bersama kesendirian di stasiun pemberhentian pertama
segerombolan lebah masih sibuk membangun sarangnya
seorang ratu pemimpin menghentikan langkahku
ia seolah-olah berpesan sesuatu
;dengarkanlah anak muda, jalanmu masih panjang, daurmu baru dimulai lanjutkanlah tugasmu yang utama, lupakan segalanya, nikmatilah setiap rasa yang terbawa, dan pulanglah pada keagungan yang mulia
tinggalkanlah gulir duka lara di hutan ini, menangislah sepuasnya
lalu pulanglah dengan membawa suka bahagia
nikmatilah madu dunia
manis pahit sudah biasa
agar kau tumbuh lebih kuasa
dewasa
Banyumas, 23 Agustus 2019
DEBU DEBU
debu-debu di atas sepatumu itu aku
aku adalah pengikut setiamu
aku datang meski kau mau
kemanapun ada aku bersama jalanmu
debu-debu yang menyesakkan rasa
itu aku, yang memasuki hatimu lagi;
aku ingin kita bersama lagi
seruang semimpi
debu wujud akhirku mengejarmu
menemani kepergianmu dengan mengikuti langkahmu
dalam debu-debu itu: aku dihidupkan kembali dari mati suri
setelah kau putuskan pergi
meski kau tak akan kembali lagi
dan akupun tak akan pergi meninggalkanmu tanpa debuku
biarkan debu-debu itu bersama-sama mengsucikan kita
seperti tayamum
air kehidupanku telah pergi lama bersamamu
kau pun tau
aku adalah tanah yang mengering rapuh
melebur menjadi debu
sekali lagi
aku dan kamu adalah debu-debu
Banyumas, 21 Agustus 2019
WASIAT PUISI
Janji-janji tak terpenuhi
Mungkin ini yang namanya bukti
Bahwa mencinta dapat membenci
Semakin hari semakin sulit
Misteri dunia semakin melilit
Dadaku dipenuhi duka yang menjerit
Meminta diobati dari sakit
Tapi kau suguhkan kenangan pahit
Bukan hanya dirimu yang pergi
Tapi sekawanan mimpiku ikut dibawa lari
Harapanku sudah lelah menghidupi
Setengah sukma yang kehilangan arti
Ini kusuguhkan segelas puisi
Dan piringan narasi mungkin kau kembali
Setelahku pergi meninggalkan wasiat puisi
Bersama hati-hati yang suci
Jangan mau dibodohi hasrat ilusi tinggi
Setelah dihidupi kau perlahan akan mati
Banyumas, 15 Agustus 2019
AMBYAR
Aku ingin ambyar melayang di antara aliran angin, menembus semua celah kisi ruang, sampai aku menemukanmu dalam peraduan malam, aku ingin menjelma wujud bintang yang terlihat dekat oleh matamu walau sesungguhnya jauh. Kau tadahkan kedua tangan untuk tempatku singgah sejenak melunturkan segala keraguan dan rindu. Dan antarkan kepulanganku dengan sayap-sayap doamu.
Banyumas, Juli 2019
PUTARAN JANGKA
Putaran jangka dimainkan tangan Sang Pencipta
sejak tangisku didengarkan menjadi tawa mereka
insan siap siaga menjaga segumpal darah tetap bernyawa
kelahiran dari cerita-cerita pertemuan
kian lama jeruji putarnya rapuh terlepas
poros dengan ikhlas melepas
satu-persatu tawa ditinggalkan duka tak berkesudahan
roda yang berdaur berisap pasti akan terhenti
porosnya lepas dan hilang
kunamakan kepastian
perpisahan
mustahil selamanya daur dijalankan
keteraturan berkarib perpisahan
aku hanya dapat bersiap
suatu saat jalan yang terlihat panjang
mendekat dan terhenti di dermaga terahir
ketika semua yang terlahir
harus berakhir
Banyumas, Agustus 2019
MERAYU KELAM
sayap angin kembali dikepahkan
menerpa diri yang dilarutkan udara malam
merasuk partikel-partikel hitam
hingga paras wajah tenggelam
bersama pekatnya tabir remang
mata menjelma kunang bercahaya merayu awan
bintang-gemintang sepakat mengusir kelam
pergilah temaram purnamaku siap datang
sang kunang-kunang sudah habis dan pulang
akan kunyanyikan melodi suka dari nyanyian duka
kutampilkan sebuah tarian kesendirian
dengan irama penuh kesyahduan
di antara baris-baris kerinduan
sampai-sampai tak sadar kau membuka celah ruang
purnamaku sempurna bertandang
menenangkan kisruh hati yang terserang bimbang
menerangi ruang sepi dengan nyanyian rembulan
di dalam puisi-puisi kerinduan
Banyumas, 26 Juli 2019
Tentang Penulis :
Tinta Biru. Penulis 28 buku antologi puisi, buku solonya Novel Hakikat Hati dan Puisi Jejak Jarak. Faunder dan Owner KOmunitas SAhabat PeNA Nusantara (KOSANA) dan Kosana Publisher.
Tidak ada komentar