Puisi Puisi Titin Ulpianti_RINAI DI AWAL MUSIM
RINAI DI AWAL MUSIM
Embun di pucuk pucuk pagi mulai berguguran
Meninggalkan kegelisahan di atas ilalang
kuncup-kuncup harapan masih
berdiskusi pada ranting kenangan.
September mulai menjelma rinai di awal musim
Sebelum kabut menetas pada kemarau yang mulai menyusui di musim semi.
biji biji harapan mulai menyimak sudut kehidupan
rangkaian doa yang tak pernah absen dari bibirnya yang paling manis.
Kemudian aku berlari mengejar hari-hari yang pernah meninggalkanku dalam keheningan
sebab, pertikaian bosan memeluk kita yang kian larut dalam kegelisahan.
Lampung Barat, September 2019.
TANJUNG PINANG SUATU HARI
Di pagi yang masih perawan
embun embun asik bergelantungan
serupa mimpi
yang siap bermetamorfosis sebelum mentari menyapa dengan malu malu.
Di Tanjung Pinang, suatu hari,
aku teringat puan berwajah teduh
duduk menatap langit seakan mengunyah bulan
Sambil mendendangkan gurindam
Ia tenggelam dalam sajak sajak
bersimpuh memanggil hati menyelimuti dengan kedamaian.
Namun,
Puan telah jauh berpetualang
meninggalkan cerita pada bait bait kalimat yang belum usai
di sana masih ada keraguan pada pohon rindu yang terus tumbuh.
Aku kembali menikmati senja sebelum ia pergi
malam tak lagi bersahabat
diatas sana, langit mulai menangis
Ia bercerita tentang pergulatan hari-hari
sebelum pagi menyapa
Sebelum senja berkhianat
atau malam kembali berlabuh
pada titik yang paling beku.
Lampung Barat, juli 2019.
HUJAN DI PERTENGAHAN JULI
Di tempat berdebu
aku pernah melipat resah pada sudut sudut jalan
yang kini mulai usang dimakan usia
terkunci
menyerupai mimpi.
Aku mulai berjalan melewatkan lelah yang berserakan
dinding dinding jalan mulai mengeluh
seakan ingin melipat cahaya
mengemas dalam bait tak berujung
serupa daun kering gugur tersapu angin
membawa bahasa luka.
Hujan di pertengahan juli
pasukan kodok berpesta sejenak meninggalkan duka
menyelami senja
di penghujung malam.
Kembali, wajah wajah itu hadir menghiasi mimpi
mengalir kerinduan
menyerupai kenangan
hingga gelisah terkemas di bejana duka.
Karena esok pagi,
Embun kembali menghiasi
menoreh ribuan cerita
pada ranting harapan
di setiap lorong kehidupan
dalam senyum yang tengah berpetualang.
Ya, hujan membawa kesegaran
lenyap dahaga dalam jiwa, hingga gersang ini benar benar sirna
menyusup hingga celah hati
meski hadirmu serupa bayangan.
Lampung barat, 2019.
PERTEMUAN SUATU HARI
Di jalan yang di penuh pohon kopi
Kita tak saling mengenal
Diam seperti batu batu membisu
hingga semilir kegelisah tertumpah
terperangkap diantara situs situs megalitikum.
Udara ini sangat pahit, ada kekacauan yang saling bertentangan
Sampai kau memecah keresahan dengan mantra
yang begitu nikmat
hingga aku benar benar lupa bahwa kita di dunia berbeda.
Andai saja aku tau cara menyambung lidah
cemas ini menciptakan banyak tekanan
separuh jiwa tenggelam
hanya mampu meraba.
Sesaat kumulai menikmati
alunan diskusi yang membakar emosi
membuatku hanyut terpaku
terperangkap dalam lorong waktu.
Lampung Barat, 2019
KETIKA HASRAT MEMANGGIL
Masih terbayang dalam angan
kisah lama bergelantungan.
gejolak terus bergelora memuntahkan apa saja yang ada dalam perut dusta yang pernah kau sebut cinta.
Dan,
ketika hasrat memanggil
pada batu-batu yang mulai bersahutan
dalam diam dia terus menjaga ketenangan
menuntun bahasa kepiluan
terus mengiris hati,
bahkan mampu melupakan
apa saja yang pernah dia sebut bahagia.
Ya, benar sekali.
Roda-roda kehidupan terus berputar
ia sibuk mencari jalan melewati kemunafikan
dengan lidah tajam menjilat setiap celah yang terlihat
ia lupa,
perjalanan ini masih panjang
setiap langkah ada ribuan makna tersembunyi
bukan sebuah persimpangan
tapi arus gelombang setiap detik serupa misteri.
Malam yang mulai menua,
bulan menjadikan langit sebagai panggung
sebelum sekumpulan bintang menari
sebelum mega berserakan
bahkan sebelum ia benar musnah dalam lipatan angan
kemudian pagi menjelma embun-embun dari keangkuhan
berjalan dilumat hari-hari pada ujung mimpi.
Lampung Barat, Juli 2019.
Tentang Penulis
Titin Ulpianti, Penyair perempuan dari Lampung Barat, karya-karyanya tersebar di sejumlah buku ontologi bersama. Ia juga aktif memperdalam dunia jurnalistik serta mengelola komunitas seni.
Tidak ada komentar