SURAT UNTUK PERTIWI_Nabila Qotrunada(Sastra Harian
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu)
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini untuk memberi ruang bagi sahabat pemula Dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
SURAT UNTUK PERTIWI
Kami tancapkan sebentar, Ibu
Hanya beberapa bilah tongkat bambu
Yang kami ikatkan selembar kain layu
Dengan segenap rasa haru
Kami pasang juga di tengah tiang lampu
Bendera merah putih, bendera bangsaku
Maaf karena hanya ini yang kami mampu
Sebagai tanda duka atas gugurnya putramu
Tolong sampaikan terima kasih kami
Untuk sang putra negri yang telah pergi
Untuk pembawa kemajuan teknologi,
Bacharuddin Jusuf Habibie
Hormat kami,
Cucu pertiwi
Klaten, 13 September 2019
GEGURITAN NEGERIKU
Bajra manarik mredu kesawa
Rasane semilir ngeculne manah
Tan wonten ing manca ... graya
Puniki negeri kawula
Ragam satwa tasih ripah
Meneka warna peksi, kelinci, uga gajah
Sedaya tansah dijaga
Taman goyah ... tan nganti bubrah
Wana lan jenggala maksih subur
Watakipun para janma alus lan luhur
Puniki negeri kawula
Negeri katulistiwa
Subur makmur gemah ripah
Tindak tanduk grapyak ramah
Mugi Gusti tansah paring berkah
Marang negeriku, tumpah darah
Klaten, 19 September 2019
RINDU UNTUKMU,TUAN
Kulempar salamku pada lembayung layu
Tak ada jawabnya
dia mengacuhkanku
Kudendangkan lagu pada riak air dengan nada mendayu
Dia tutup telinganya dan diam seakan bisu
Asaku bisa putus jua, Tuan
Kuteriakan senandung kebencian
Padamu yang hingga kini belum jua kurelakan
Lalu semesta tetap diam sebagai jawaban
Dalam hati aku meringis geli
Sudah hilangkah akalku ini?
Nyawa tanpa daksa aku rindui
Dan berharap bisa menebus rindu kembali
Oh Tuhan ...
Maafkan hamba yang salah bertumpu
Tak pantas hamba menyimpan lagu rindu
Untuk insan yang kini telah bersama-Mu
Klaten, 1 September 2019
RUANG IMAJI
Detik merintih 'tak hiraukan pengharapan
Tetap berjalan dalam setiap keadaan
Akhiri bahagia dan kesedihan
Dalam ruang hidup penuh khayalan
Teringat betapa menyenangkan tempat ini
Kita berlarian dengan imaji warna warni
'Tak ada duka yang 'tak sementara di sini
Dunia bagaikan kita yang miliki
Kian lama kini mulai usang
Pohon mimpi telah hilang
Bunganya kering ... daunnya terbang
Tersisa gumpalan pikir yang gersang
'Tak peduli betapa sering kausirami
Bahkan ilalang 'tak sudi untuk menempati
Kini saatnya kita cari tempat lain lagi
Dan tanam kembali harap dan mimpi
Klaten, 30 Juli 2019
PERTEMUAN KITA
Deru biru mendengung kelabu
Kalut marut menanggung rindu
Menunggu waktu biar temu
Harus terus, jangan ada jemu
Terkhianati pergesekan lembut dimensi
Ruang dan waktu turut membatasi
Meruntuhkan segala jenis imajinasi
Menjadikan kita sebagai ilusi
Peluk pilu segenggam lara
Bersama bingkai foto berhias tawa
Sungguh, pertemuan itu hanya fatamorgana
Mungkin tak bisa terwujud walau menunggu lama
Lupakan saja ... pergi sana
Biar aku berteduh sebentar dalam nestapa
Biar duka semakin merana
Biar luka semakin menganga
Klaten, 8 Juli 2019
Tentang Penulis :
Hasna Nabila Qotrunada. Lahir di Klaten, 19 September 2001. Merupakan seorang siswi sekolah farmasi yang suka menggores kata dan bermimpi tentang cita-cita.
Tidak ada komentar