KITA DI SINI SAJA_Puisi puisi Riduan Hamsyah
KITA DI SINI SAJA
Sejak berada di sini, kita kian
terbiasa dengan derik jangkrik
angin lesu. Dan, kepergian untuk kali
yang kesekian berlalu
lalu aku berkata padamu
bahwa sebenarnya aku sudah bosan
hidup berpindah pindah
menandai mulut mulut gang
mengukur
banyak jalan bersetapak
kita di sini saja
mengumpulkan perasaan
yang berjatuhan di mana mana
Banten, 24112019
KETIKA BADANKU LETIH
Ketika badanku letih, ia
dan ia yang lain?
memeriksa gemercik darah
mengalir
pada kecipak jantung bergulung
membentur karang karang legam
tetapi justru letih ini telah
menyulapku
menjadi manusia sekali lagi
mengajak aku bicara
tentang semua hal di sekujur hidup
seperti alunan sajak sajak
pelan dibacakan
bahkan nyaris berbisik.
Ketika aku letih, maka mendekatlah
kepadaku
bisikanlah ke telingaku bahwa
hidup kita tak lagi ngilu.
Banten, 24112019
BERHENTILAH BICARA TENTANG SUASANA
Untuk kali kesekian, tak terhitung
aku telah memintamu
berhenti bicara tentang suasana.
Tentang kabut dan debu
tentang malam yang sempoyongan
tentang embun, waktu, jalanan menikung-
tak kunjung kau beri rambu
juga tanda penujuk arah.
Kau, tunduk pada suasana
terkungkung
dalam gelap meratap, asa tak dapat melindungimu
atas kegamangan membadai
kau dikalahkan perasaan sendiri
membuat dirimu
sulit mengendalikan diri,
mabuk kata kata
hingga di suatu pagi
ketika dunia berubah ungu warnanya, seseorang
(barangkali adalah dirimu)
terkulai
hilang nama, hilang bentuk
:Hilang rupa.
Banten, 24112019
DI BALIK KATA KATA
Seperti penambang, kata kata
yang kau gali dari cerug bumi
adalah akar-akar batu
hakikat menggantung
dalam lipatan labirin gelap
(dirimu) memaksakan diri masuk
pada pintu-pintu terkutuk-
maka terkutuk pula
tempat tanah berpijak
serupa gelembung kalimat
yang gagal membangun kulturnya
sebagai penambang, sepantasnya jiwamu
berada jauh di kedalaman
meski badan tertinggal di kulit dunia.
Banten, 24112019
Tidak ada komentar