TENTANG RINDU [ Puisi Adytia Nugraha ]
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.comBeri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini juga memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
TENTANG RINDU
(Untuk Putri Anisa)
Rinduku mengalir deras
menguyupkan doa-doa
kepada dirimu
di hilir sepertiga malam
Di dermaga zikir
pendar-pendar itu mengarsir lengkung senyumanmu
debur ombak memagut gigil sunyi
Waktu kini tak berdaya, Kekasih
sebab kepak burung walet di malam hari
telah menebas temali jarak
dan namamu telah termaktub
di samudra hidupku
(Bandung, 15 Juni 2018)
SAKSI
(Kepada pencari caya)
Geriap angin memangku doa
Sekerat senja dan seringkih rel jadi saksi
Seorang pemuda mencangkuli harap
Peluhnya basahi sukma
Menerjemahkan waktu jadi titian caya
Di ladang zikir sunyi yang memapahnya
Langkahnya jadi sepecut mimpi
Untuk bagian jantung-jantungnya
Rancaekek, 1 September 2018
DI BALIK AWAN
Tunggu aku di bukit renjana
di saat padi menguning
caladi bernyanyi
langgas
dan aku melihat lengkung senyummu
Di balik awan itu
kau pungut sepiku
Bandung, 9 Desember 2018
MARFHUN
Hari-hari telah usai kubaca
waktu demi waktu telah kurangkum
langkah-langkah kaki telah kueja
tetes-tetes peluh telah kukecap
sayap-sayap doa selalu kukepakkan kepada-Nya
Bandung, 28 Maret 2019
MENYENTUH PAGI
Pecahan malam mengambang di udara
sang semburat menekan aorta
waktu adalah sang pendesak
Ya Robbana...
nama-Mu semakin mengental di kalbu
tunjuki hamba jalan
tuk melangkah di atas sejuk pagi ini
Bandung, 7 Mei 2019
LARUT MALAM
Ada kalanya kamu harus terbangun
saat malam mendengkur
membangun pondasi mimpi-mimpi
mengukur kelok jalan kehidupan
mengeja kaku pohon di taman
membasuh sukma
menatap pendar di sisi waktu
sebab hidup adalah sebuah perjalanan
Di balkon kalbu yang lugu
tingkap-tingkap putih doa itu mulai tersingkap
satu per satu
Bulir-bulir udara mendikte kealpaanku menjadi frasa-frasa yang sabar tuk menghapus dan menulis langkah
Aku tak akan pernah meracau
Sebab waktu adalah waktu
Dan nama adalah sejarah
(Bandung, 1 Juni 2019)
SAJAK LUNAR
Adreena
Malam telah mengantuk
Kapan ayah bisa melahap lelap?
Adreena
Mantel hangat yang kaupakai
Terbuat dari kasih ayah untukmu
Adreena
Jika embun pagi menyambutmu
Pastikanlah itu ayah
Adreena
Jika kelak kulihat sepi
Lafazkanlah nama ayah dan ibu
Pada doa yang mengambang di udara
Bandung, 31 Juli 2019
KESAKSIAN
I
Ayah...
Dadamu adalah samudera kesabaran
yang ingin kuselami
berulang-ulang
II
Ayah...
Doaku adalah buih-buih
di laut lepas yang bergulung
sehingga angin kehilangan derunya
III
Ayah...
Ucapanmu adalah pendar
yang kuarsir dalam benak
tuk melangkah di pasir putih kehidupan
(Bandung, 4 Desember 2019)
Tentang Penulis :
Adytia Nugraha, S.Pd.
Tidak ada komentar