KIAT MENULIS BAGI PEMULA | Opini Dilla, S.Pd |
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.comBeri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini juga memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor) Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
Jangan pikirkan apa yang akan ditulis, tetapi tulislah apa yang ada dalam pikiran! (Anis Matta)
Kalimat di atas memang benar adanya, jika kita berpikir apa ya yang akan kita tulis? Kita akan selalu berpikir saja tanpa mau mulai menulis. Tapi menulislah dan kita akan selurkan semua yang ada dalam pikiran kita. Tulislah terus sampai apa yang ada dalam pikiran tersebut buntu. Jika sudah habis ide atau mentok. Bacalah lagi tulisan kita dari awal lagi sehingga kita akan kembali menemukan ide baru yang akan muncul secara ajaib dalam pikiran kita.
Yah, bagi penulis pemula, menulis memanglah suatu hal yang sulit dan momok yang menakutkan. Kenapa karena mereka selalu memikirkan apa ya yang akan saya tulis? Maka tidak salah resep dari para penulis besar itu, menulis bukanlah dipikir, tapi dimulai! Mulailah menulis dan menulis, tulis saja apa yang ada dalam pikiran Anda, sampai semua ide tertumpah ruah dalam tulisan, nanti baru dibaca dan diedit lagi, tulis, tulis, tulis, dan tulislah. Maka Anda akan terus bisa berkarya dan jenius dengan baik.
Menulis ibarat kan kita belajar naik sepeda, tidak ada orang yang belajar naik sepeda langsung bisa mengayuh sepedanya dengan lancar dan lincah. Pastilah semua mereka pernah jatuh dan rebah dengan sepeda-sepedanya, lecet dan luka bukanlah hal yang aneh lagi jika belajar naik sepeda. Namun karena keinginan yang kuat dan motivasi yang hebat, kita biasanya tidak akan peduli, akan tetap belajar dan belajar sampai kaki lancar mengayuh dan bisa meluncur dengan mulus. Benarkan itu? Tidak bisa disangkal lagi, itulah proses menulis tersebut. Sama dengan orang yang belajar naik sepeda, dengan gigih terus belajar dan belajar, ketika sudah bisa dan terbiasa, bahkan mereka lupa dengan proses belajarnya. Lupa dengan kaki lecet dan luka yang menganga ketika belajar bersepeda.
Sangat banyak manfaat dari menulis yang sudah dikemukakan oleh para pakar, sekarang tergantung kepada kita saja, kapan akan memulia menulis. Saya sendiri sudah berita-cita ingin dan pandai menulis sejak di bangku kuliah, namun bisa terealisasai setelah belasan tahun kemudian, dan itupun tidak semulus yang kita pikirkan. Namun ketika tulisan kita bisa terbit dan dibaca oleh orang lain itu adalah sesuatu kebahagiaan yang luar biasa. Nantilah honor atau uang yang akan didapat, dengan tulisan kita yang bisa terbit di media masa sudah menjadi hal sangat luar biasa bagi penulis.
Apa saja manfaat menulis yang bisa kita ambil? Diantaranya, kredit poin bagi guru, karena untuk kenaikan pangkat guru PNS harus ada publikasi ilmiah. Jika tulisan kita sudah terpublikasi, maka kredit poin kita akan dihitung untuk kenaikan pangkat. Selain itu juga akan masuk kredit koin, yaitu masuknya SMS banking dalam rekening kita jika artikel dan tulisan kita diterbitkan oleh sebuah media. Selain itu popularitas kita sebagai penulis yang kreatif dan inspiratif akan selalu dikenang. Seorang penulis tidak akan mudah pikun, kenapa? Karena saraf otak kita akan selalu bekerja dan aktif. Karena sering di ajak untuk berpikir dan selalu bergerak aktif. Sementara orang pikun adalah orang yang tidak aktif lagi urat sarafnya untuk berpikir. Terlepas dari semua itu, dengan menulis maka kita sedang menebar ladang amal dan selama hidup bahkan sampai kita matipun kita akan tuai amal dari tulisan yang kita tulis, selagi tulisan kita itu bermanfaat bagi orang banyak.
Seperti kata Buya Hamka, “Biarlah tulisan kita berjalan mengikuti takdirnya.” Maka jadilah seorang penulis yang hebat dan mulailah menulis dengan apa yang ada dalam pikiran kita masing-masing. Dan hal yang paling menunjang dalam menulis adalah kita harus banyak-banyak membaca. Ibaratkan sebuah teko. Kepala kita adalah teko itu, isilah dan penuhkan teko yang kita miliki dengan mebaca bacaan-bacaan yang berkualitas. Maka ketika teko itu sudah penuh, ide akan keluar dengan lancar dan sendirinya. Seperti teko yang mengisi cangkir - cangkir kosong, cangkir akan terisi sesuai dengan isi teko yang dituang maka dari itu isilah teko kita dengan semua informasi yang bermanfaat, dengan menggunakan teknologi dan media yang sudah menjadi bagian dari hidup kita saat ini. Dan mulailah menuangkan isi teko itu dengan menulis. Tulislah apa yang ada dalam pikiran bukan memikirkan apa yang akan ditulis.
Tentang Penulis:
Dilla, S.Pd. Guru SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi
Tidak ada komentar