PENGANTIN PUISI | Puisi Imam Khoironi |
SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU : EDISI 5 (2020)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi minimal 5 judul untuk dipublikasikan setiap malam minggu
kirim karyamu ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com
subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU.
Apabila dalam 1 bulan naskah tidak dimuat maka dipersilakan mengirimnya ke media lain.
(karya yang dimuat diberikan honorarium)
PENGANTIN PUISI
bagimu, kata adalah tempat mengurai benang kusut
pada malam-malam yang lalai terhadap keheningan
juga temaram yang jauh lebih syahdu
dari petikan gitar dan gesekan biola
di panggung orkestra
suara pejal keluar dari mulutmu
kau membaca puisi
dan sehabis makan malam di pesta perkawinan
diiringi hujan yang menderu-deru menggugurkan
daun-daun cahaya
kau serupa pengantin, meski
tak bergaun, tak bercincin
puisimu adalah ikrar pernikahan
kau berpesta di tempat orang-orang
menyandang gelar tamu
begitu pula kau sesungguhnya
katamu, tak perlu aku melamarmu
dengan segala kemunafikan gelang, kalung,
atau cincin emas maupun perak
cukup, tuliskan aku puisi
aku mau jadi istrimu
Lampung, 13 Mei 2019
KENANGLAH AKU
Kenanglah aku di saat
Senja melahap kebisingan kota
Yang sesak dengan cerita pembangunan desa
Dan raup yang tak pernah
Kau ingat
Di wajahku yang menenggelamkan
Tubuhmu dengan lembut
Way Halim, Juli 2019
TENTANG HIDUP KATA KATAMU
Seperti lidahmu saat menyelangkangi kata
Jiwamu resah merangkai nada
Kapankah kau akan menyanyi lagi?
Lagu lamamu kacau diusik haru
Kata-katamu acap kali mengatai dirinya sendiri
Kenapa aku lahir dari rahim yang sumbang
Dan di antara dua bibir yang sumbing
Kau masak kata sampai matang
Lalu kau biarkan ia basi
Way Halim, Juli 2019
SETELAH MUSIM PANAS BERAKHIR
Aku terjebak,
Di antara daun-daun gugur
Dan hujan yang tak lagi pernah
Bisa berharap untuk pulang ke langit
Yang kelam, kelabu, yang suram
Di ujung penantianku padamu
Setelah musim panas berakhir
Lampung, Juni 2019
TAK LAGI ADA TEMPAT
Jika ada lagi tempat selain kamar kita
Yang penuh kekacauan atau sudut ruang tamu
Dengan kaca yang pecah
Sebagai cermin untuk kita
Berdua membaca diri
Aku harap, bukan hanya kaca pecah
Setelah kau melempar
Semua kemarahan yang kita bangun di kamar
Aku berdoa, akan segala kebodohan
Yang menyelimuti luka dan tangisanmu itu pudar
Bukankah memang tak lagi ada
Tempat baru
Untuk kita rusak heningnya
Dengan suara jeritan
Dan memang tak lagi ada tempat
Baru untuk kita mencari jalan masing-masing
Lampung, Mei 2019
MASIHKAH ADA?
Masihkah ada jalan-jalan yang lebih panjang
dari jalan yang tak kutempuh bersamamu menuju kafe
tempat kita seharusnya menghabiskan
masa muda, dan sedikit demi sedikit merangkai
masa depan.
Masihkah ada ruangan yang lebih sunyi
dari kafe yang isinya hanya meja dan kursi
serta gelas kosong tempat bayang-bayangmu
menari setelah kau memberi tahuku tak bisa datang
menemuiku hari itu.
Lalu, masihkah ada lagu yang lebih parau
dari suara nyanyian penyanyi kafe dan petikan gitarnya
saat mendengarkan kau menangis
di telepon setelah kutanyakan mengenai
kabarmu hari itu.
Aku rasa tidak.
Lampung, Mei 2019
MIMIKRI
Di tangkai daun itu
Kumasih bisa melihat wajah murungmu
Menengadah ke langit-langit pengharapan
Coba kau samarkan dengan senyum
Di sebelah sinaran matahari
Segala jenuh yang menumpuk
Diam-diam melebur setiap jati diri
Dan warna-warna alami
Seusai singgahmu dalam mimpi
Kau harus segera beranjak dari
Hening berkepanjangan
Dan mulai perlahan mengerti
Tak ada rindu yang bisa kau kelabui
Lampung, Juli 2019
Tentang Penulis
Imam Khoironi. Lahir di desa Cintamulya, Lampung Selatan, 18 Februari 2000. Alumni MA I Cintamulya. Menempuh pendidikan di UIN Raden Intan Lampung. Menulis puisi, cerpen, esai dan apa saja yang bisa membuat bahagia. Buku puisi tunggalnya berjudul Denting Jam Dinding (2019/Al-Qolam Media Lestari). Beberapa hasil tulisannya juga tersiar di Simalaba.com, Apajake.id, Kawaca.com, Kibul.in, Takanta.id, Travesia.co, Radar Cirebon, Medan Pos, Radar Malang, Kabar Madura, Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali. Menjadi kontributor dalam banyak buku Antologi bersama.
Tidak ada komentar