REPRESENTASI BUDAYA MASYARAKAT SUKU BAJO DALAM NOVEL MATA DAN MANUSIA LAUT KARYA OKKY MADASARI | Esai Septi Karina |
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.comBeri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini juga memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor) Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
Karya sastra dipergunakan pengarang untuk menggambarkan persoalan kehidupan nyata manusia ,salah satunya tentang budaya berkaitan dengan masyarakat. Budaya merupakan suatu kebiasaan kebiasaan yang dilakukan oleh manusia yang tinggal di daerah tertentu untuk mengatur keberlangsungan kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri terdapat banyak budaya yang beragam salah satunya budaya yang ada di daerah Sulawesi Tenggara . Novel Mata dan Manusia Laut karya Okky Madasari membahas tentang budaya masyarakat suku Bajo yang ada di Sulawesi Tenggara . sebagai sebuah karya sastra yang lahir di tengah masyarakat novel ini merupakan cerminan kehidupan nyata yang dirangkum secara keratif oleh pengarang. Novel Mata dan Manusia Laut sangat menarik karena membahas tentang kehidupan masyarakat suku Bajo yang terbagi menjadi dua yaitu manusia laut dan manusia darat .bukan hanya itu pengarang juga memberi tahu tantang keunikan serta nilai tradisi budaya masyarakat suku Bajo. Dari novel Mata dan Manusia Laut pembaca bisa sedikit mengetahui gambaran tradisi budaya masyarakat suku Bajo yang ada di Sulawesi Tenggara tanpa harus mengunjungi daerah tersebut .
Dalam sebuah novel tentunya memiliki sebuah permasalah yang dikaitkan dengan berbagai teori teori salah satunya adalah teori antopologi sastra. Antropologi artinya suatu kajian aspek budaya manusia di masyarakat . kajian teori antropologi sastra yaitu untuk membuat identitas terhadap sebuah karya tradisi dalam masyarakat suku Bajo didapatkan turun temurun dari leluhur mereka. Tradisi yang masih dilestariakan adalah upacara adat, kesenian, kepercayaan hingga persoalan sosial masyarakat.
Pada novel Mata dan Manusia Laut pengarang mencaritakan tentang budaya yang ada di masyarakat. budaya atau pun kebudayaan sebagai nilai, keyakinan dan perilaku tergambar dengan jelas. Ciri ciri kebudayaan berupa mitos atau kepercayaan khusus yang masih dilestarikan dan diwariskan oleh para tokoh sebagai satu kesatuan lembaga sosial. Kebudayaan masyarakat suku merupakan ciri kelompok dan komunitas, melalui kebudayaan para tokoh mengekspresikan kehidupan sosial. Objek yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana budaya yang ada di masyarakat suku Bajo dan bagaiamana perbedaan masyarakat suku bajo yang tinggal di laut dan di darat. Masyarakat suku Bajo yang ada dilaut masih murni mereka masih melakukan tradisi tradisi warisan dari para leluhur mereka pola pikir masyarakst suku Bajo yang ada di laut masih terbilang kolot dan kuno. Berbeda dengan masyarakat suku Bajo yang ada di darat mereka sedikit lebih maju dan pola pikir masyarakatnya sudah lebih modern .
Penelitian novel ini berkaitan dengan aspek budaya masyarakat yang berupa upacara adat, serta tradisi tradis budaya lainya secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pengembang analisis khususnya tentang kebudayan local, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan model analisis antropologi sastra. Tujuan dari penelitian novel ini mendeskripsikan kebudayaan masyarakat suku Bajo mendeskripsikan perbedaan masyarakat suku Bajo yang tinggal di laut dan di darat .
Tradisi budaya yang dihasilkan
Upacara ritual masyarakat laut
“Setelah berada di tengah lautan Sanro memulai upacara duata. Ia panjatkan mantra dan doa doa yang dilantunkan hingga menyerupai nyanyian. Seluruh keluarga Bambulo mengikutinya lalu Sanro menghanyutkan beras warna warni, pisang, kelapa dan daun sirih. Terakhir dihanyutkannya pula bantal dan selimut milik Nabila” (hal 27)
Data tersebut menjelaskan tentang tradis Duata yaitu ritual upacara untuk menyembuhkan penyakit yang diderita seorang bayi upacara duata yang dilakukan oleh Sanro atau dukun yang dipercayai oleh masyarakat suku Bajo yang tinggal di atas laut. Alasan ritual upacara Duata dilakukan karena masyarakat suku Bajo yang tinggal di laut tidak mempercayai dokter dan mereka masih awam dengan suntikan dan obat-obatan.
Kesenian Masyarakat darat
“Orang orang dari desa datang memakai baju adat warna warni. Laki laki dan perempuan mulai dari anak anak hingga orang tua mereka sebagian datang dengan diangkut tandu layaknya raja dan ratu untuk mengikuti upacara karia “ (hal 48)
Data tersebut menunjukan tentang tradsi upacara Karia untuk merayakan peralihan kehidupan,upacara tersebut dirayakan setahun sekali oleh masyarakat yang berada di daratan kaledupa. Alasan upacara Karia diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur dari masyarakat suku Bajo yang tinggal di darat. Acara tersebut juga terbuka utuk umum termasuk untuk masyarakat suku Bajo yang tinggal di laut .
Sistem kepercayaan
Mitos larangan
“Mereka melihat bulan sebagai pertanda waktu kapan ikan bisa ditanggap . jangan menangkap ikan saat bulan terang . Begitu salah satu tradisi turun temurun” (hal 33)
kutipan tersebut menjelaskan tentang mitos larangan untuk masyarakat di laut yaitu orang kampung sama dan para nelayan untuk tidak mencari ikan pada saat bulan terang atau disebut juga bulan purnama. Mengapa ada mitos larangan melaut atau berlayar pada saat bulan purnama? Sebabnya karena akan menimbulkan bahaya dan itu benar adanya .karena timbul gaya gravitasi yang menyebabkan ombak laut tinggi jika tetap berlayar pada bulan purnama
Mitos Dewa laut
“Laut mendadak surut, kukulu si burung burung putih terbang dari laut ke darat. Lumba lumba berenang dengan cepat dari tengah laut menuju darat. Memberi kabar kepada manusia “(hal 120)
kutipan tersebut menjelaskan kepercayaan bahwa hewan sebagai pembawa kabar dari Dewa laut ,masyarakat Bajo mempercayai burung dan lumba lumba sebagai hewan yang memberikan berita dan kabar dari Dewa laut. Alasan mereka mempercayai bahwa hewan adalah utusan Dewa karena masyarakat suku Bajo yang ada di laut masih belum mempunyai agama jadi mereka hidup berdasarkan aapa yang telah leluhur mereka sampaikan dan itu sudah mereka turukan dari genersi ke generasi
Sistem mata pencaharian
Masyarakat laut sebagai Nelayan
“Atol adalah jawaban dari itu semua, hanya di atol mereka bisa mendapatkan banyak uang, atol adalah karang panjang serupa cincin membentuk semacam danau atau laguna raksasa dan di laguna itulah ikan dan hewan laut hidup dan jumlahnya melimpah “ (hal 33)
kutipan menujukan bahwa orang kampung sama bermata pecaharian sebagai nelayan. Meraka menangkap ikan di dearah yang bernama atol. Alasan Atol dijadikan orang yang tinggal di daerah laut untuk dijadikan sumber mata pecaharian mereka mencari ikan agar bisa dijual dan dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
Masyarakat darat sebagai pegawai
Ibu guru di kelas bambulo merupakan orang darat, Bu Hayati namanya setiap berangkat ke sekolah ia harus mencari tumpangan katingting atau bodi di pasar ikan (hal 18)
kutipan tersebut menunjukkan masyarakat darat bermata pencaharian sebagai guru atau pegawai negeri. Mengapa bisa berbeda dengan masyarakat suku Bajo yang di laut yang hanya menjadi nelayan dan masih enggan untuk bersekolah karena masyarakat yang tinggal di darat sudah lebih modern.
Peralatan dan perlengkapan
1. Rumah adat
Kampung sama seperti kotak kayu yang mengapung di tengah lautan. terpisah dari daratan. Rumah rumah terbuat dari kayu, berbentuk panggung dengan tiang tiang tinggi yang tertanam di dasar laut .(hal 23 )
kutipan tersebut menggambarkan tentang bentuk perkampungan dan bentuk rumah yang ada di tengah laut yang menjadi tempat tinggal masyarakat suku Bajo yang tinggal di laut.
2. Alat trasportasi tradisional
Dan digerakan manusia, katingting sama seperti sampan terbaut dari kayu namun digerakan oleh mesin, bodi terbuat dari fiber dan berukuran besar digunakan para nelayan untuk mencari ikan ke laut lepas (hal 12)
kutipan tersebut menunjukan alat trasportasi yang digunakan oleh masyarakat suku Bajo yang tinggal di atas laut.
Dapat disimpulkan novel “Mata dan Manusia Laut” karya Okky Madasari banyak membahas tentang unsur unsur budaya .masyarakat tidak bisa lepas dari budaya karena budaya lahir dan berkembang di masyarakat. Novel ini menceritakan tentang tradisi tradisi suku Bajo seperti kesenian, upacara adat dan sistem kepercayaan seperti hal yang mitos. Budaya yang ada di suku Bajo terbagi menjadi dua yaitu masyarakat yang tinggal di laut dan di darat. Pentingnya pembahasan ini untuk merepresentasikan budaya yang ada di suku Bajo. Tradisi juga sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi bisa punah. Dalam novel Mata dan Manusia Laut karya Okky Madasari menjelaskan tradisi yang ada di masyarakat suku Bajo yang tinggal di laut dan di darat .
Tentang Penulis:
Septi Karina. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiah Malang
Tidak ada komentar