Puisi Puisi Kiki Rahmawati
KEMANA RINDU INI BERPIJAK
Di saat hujan runtuh berdatangan
Desus angin berkeliaran
Menjerit mencari arah untuk kembali pulang
Bersama hujan akan menghapus segala kenangan
Biarlah semua berlalu lalang
Tanpa pesan dan kesan
Kemana rindu ini harus ku pijak?
Haruskah aku melangkah?
Kemana tujuanku?
Rinai rindu membuat aku menjadi ragu
Begitu kejam sukma ku, bantulah aku
Teringat silam kau lepas tangan ini
Aku menangis hingga tanpa air mata
Dan kau hanya diam
Dimana hati nurani mu
Kau tinggalkan aku seorang diri
Hati ku berbisik mungkin hanya sementara
Ia pasti kembali pada ku
Liwa, 15 Juli 2020
SENYUM DI PELUPUK MATA
Ketika malam berganti pagi
Diiringi embun yang menebar kesejukan
Namun ketika mentari telah kembali
Menumpas tabir kegelapan
Ditemani secangkir kopi yang melingkar
Dan kertas berisi tinta hitam
Lalu buka singkap jendela yang berbinar terang
Tak sengaja menyelinap senyumu yang anggun mempesona
Yang indah hinggap dipelupuk mata
Tiada henti menyejukkan hati
Akan kah kita dipertemukan kembali?
Masa itu selalu ku nanti
Dirimu selalu kusematkan dalam doa ku
Walau aku tak tau siapa nama mu
Begitu indah rupa mu
Semoga tangan tuhan berikan jalan
Menengadah untuk dihadirkan kembali bersama hingga akhir masa
Walau semua hanya harapan
Semoga menjadi kenyataan
Tak hanya menjadi bayang semu
Liwa, 15 Juli 2020
HUJAN DIKALA TERIK
Hujan dikala terik
Kau taklukan mentari
Membuat kelabu warna bumi
Dibanjiri hasrat yang tertinggal mati
Ditumbuhi kerikil-kerikil yang menyayat hati
Seperti menelan belati rasa ini
Hancur tiada bertepi
Kenapa, mengapa?
Bagaimana harus ku jalani ini
Haruskah aku pergi?
Kemana?, aku tak tau
Hingga keringat dan air mata
Sudah tak dapat dibeda
Menjelma menjadi kecewa
Seperti rasaku yang tak kunjung temu
Hingga tangan tuhan
Menjadi akhir penentu
Bukan aku ragu, hanya menunggu waktu
Berganti bulan tahun semoga kita dapat berasama hingga renta sangat renta
Liwa, 16 Juli 2020
Di saat hujan runtuh berdatangan
Desus angin berkeliaran
Menjerit mencari arah untuk kembali pulang
Bersama hujan akan menghapus segala kenangan
Biarlah semua berlalu lalang
Tanpa pesan dan kesan
Kemana rindu ini harus ku pijak?
Haruskah aku melangkah?
Kemana tujuanku?
Rinai rindu membuat aku menjadi ragu
Begitu kejam sukma ku, bantulah aku
Teringat silam kau lepas tangan ini
Aku menangis hingga tanpa air mata
Dan kau hanya diam
Dimana hati nurani mu
Kau tinggalkan aku seorang diri
Hati ku berbisik mungkin hanya sementara
Ia pasti kembali pada ku
Liwa, 15 Juli 2020
SENYUM DI PELUPUK MATA
Ketika malam berganti pagi
Diiringi embun yang menebar kesejukan
Namun ketika mentari telah kembali
Menumpas tabir kegelapan
Ditemani secangkir kopi yang melingkar
Dan kertas berisi tinta hitam
Lalu buka singkap jendela yang berbinar terang
Tak sengaja menyelinap senyumu yang anggun mempesona
Yang indah hinggap dipelupuk mata
Tiada henti menyejukkan hati
Akan kah kita dipertemukan kembali?
Masa itu selalu ku nanti
Dirimu selalu kusematkan dalam doa ku
Walau aku tak tau siapa nama mu
Begitu indah rupa mu
Semoga tangan tuhan berikan jalan
Menengadah untuk dihadirkan kembali bersama hingga akhir masa
Walau semua hanya harapan
Semoga menjadi kenyataan
Tak hanya menjadi bayang semu
Liwa, 15 Juli 2020
HUJAN DIKALA TERIK
Hujan dikala terik
Kau taklukan mentari
Membuat kelabu warna bumi
Dibanjiri hasrat yang tertinggal mati
Ditumbuhi kerikil-kerikil yang menyayat hati
Seperti menelan belati rasa ini
Hancur tiada bertepi
Kenapa, mengapa?
Bagaimana harus ku jalani ini
Haruskah aku pergi?
Kemana?, aku tak tau
Hingga keringat dan air mata
Sudah tak dapat dibeda
Menjelma menjadi kecewa
Seperti rasaku yang tak kunjung temu
Hingga tangan tuhan
Menjadi akhir penentu
Bukan aku ragu, hanya menunggu waktu
Berganti bulan tahun semoga kita dapat berasama hingga renta sangat renta
Liwa, 16 Juli 2020
Tentang penulis: Kiki Rahmawati adalah seorang pelajar di POLINELA dan tergabung komunitas sastra KOMSAS SIMALABA angkatan 2, berkarya berupa puisi pernah terbit di media online program sastra harian simalaba. Juga terdapat dalam buku antologi bersama EMBUN PAGI DI LERENG PESAGI (2017) dan SEPASANG CAMAR (2018)
Tidak ada komentar