SESEORANG DAN KESUNYIAN | Puisi Puisi M Embing |
SESEORANG DAN KESUNYIAN
Kesunyian adalah seorang kekasih yang terus mengawasi. Mengikutinya, meski kesunyian tahu, ia tak pernah mengkhianati.
Bagai malam, yang diterjemahkan pakaian oleh seorang filsuf. Lantas merambat lamunan pada sebatang rokok yang ia nyalakan di depan terungku ketika dingin mulai memeluk.
Sesekali ia coba menghindar dari kesunyian, menanggalkannya sendirian di bak mandi, tetapi kesunyian selalu menguntit.
Seperti alunan musik yang ia dengarkan di kafe. Dengan mendengarkannya, Ia pikir bisa menemukan antitesis kesunyian.
Mulai saat itu, ia tahu bahwa kesunyian selalu mengikuti dan datang dengan ragam wujud.
(Bing, 2020)
PUKUL 10 MALAM
Di luar, hanya ada merah rembulan.
Angin-angin, yang menyeruak lengang obrolan. Semoga manusia tak lupa akan kata.
Kudengar gerutu Frank Sinatra, pada lirik terakhirnya. Tak ada bidadari yang mengajaknya menari di bawah telaga cahaya.
Sorot-sorot lampu jatuh tipis di depan mata, semoga kesunyian berbaik hati malam ini.
(Bing, 2020)
SIKLUS
Ya seperti lain
kita kawin
kau beranak-pinak
dua anak cukup
kata pamflet pemerintah
kau menjadi seorang ibu
tentu saja, aku bapaknya
setiap malam kita
bergantian mendongeng
ketika anak kita menangis
meminum susu murah
sebab susumu telah kering
diperas keras kehidupan
dan jika anak kita
sudah besar, aku
berharap tak sepertiku
hanya bisa menulis puisi
apa mungkin, puisi
bisa membeli sepiring nasi?
(Bing, 2020)
Kesunyian adalah seorang kekasih yang terus mengawasi. Mengikutinya, meski kesunyian tahu, ia tak pernah mengkhianati.
Bagai malam, yang diterjemahkan pakaian oleh seorang filsuf. Lantas merambat lamunan pada sebatang rokok yang ia nyalakan di depan terungku ketika dingin mulai memeluk.
Sesekali ia coba menghindar dari kesunyian, menanggalkannya sendirian di bak mandi, tetapi kesunyian selalu menguntit.
Seperti alunan musik yang ia dengarkan di kafe. Dengan mendengarkannya, Ia pikir bisa menemukan antitesis kesunyian.
Mulai saat itu, ia tahu bahwa kesunyian selalu mengikuti dan datang dengan ragam wujud.
(Bing, 2020)
PUKUL 10 MALAM
Di luar, hanya ada merah rembulan.
Angin-angin, yang menyeruak lengang obrolan. Semoga manusia tak lupa akan kata.
Kudengar gerutu Frank Sinatra, pada lirik terakhirnya. Tak ada bidadari yang mengajaknya menari di bawah telaga cahaya.
Sorot-sorot lampu jatuh tipis di depan mata, semoga kesunyian berbaik hati malam ini.
(Bing, 2020)
SIKLUS
Ya seperti lain
kita kawin
kau beranak-pinak
dua anak cukup
kata pamflet pemerintah
kau menjadi seorang ibu
tentu saja, aku bapaknya
setiap malam kita
bergantian mendongeng
ketika anak kita menangis
meminum susu murah
sebab susumu telah kering
diperas keras kehidupan
dan jika anak kita
sudah besar, aku
berharap tak sepertiku
hanya bisa menulis puisi
apa mungkin, puisi
bisa membeli sepiring nasi?
(Bing, 2020)
Tentang Penulis:Munadi Embing. Lahir di Tangerang, Banten. Aktivitas sehari-sehari sebagai penjual buku online. Karyanya pernah dimuat di situs SIMALABA, Antologi Puisi Jazirah2 (2019)
Tidak ada komentar