Puisi Puisi M Sarjuli
KEMBALI MEMELUK PEMATANGBandara menerbangkan pergisayap sayap patah mengepak tentang belukar dan pematang.Jalan perkabungan akan di mulaimengemas mimpi dan menapaki jalan mendakiurat urat rimba kembali kutelusurikeberangkatan belum terhentimeski telah kujumpai sepi.Tunggulah sampai aku turun dari puncak puncak gunungtinggal sebentar lagi reranting akan tunduk di hadapanku, janjiku.Dua sayapku sedangku ikat dan mataku sedangku tutupmeski hati ini menangis darahmembercak musim musim pahitmenyimpan catatannama nama keinginan mengental dalam doa.Di pematangsiyamang menyeru, “ha hu ha hu ha hu!”di rimba.Seteguk air pengobat miris menjadi jedasebelum mengais lalu meringis.Teruslah menunggusampai kau lihat dukaku menjadi siapasampai dukaku menjadi bahagia siapa.Batam, 20 Juli 2020.
MENGENANG
Memasuki ranah yang kusebut sunyi
kabut membungkus siang merubah lengang
menopang malam seorang
meski sedang kuletakkan begitu saja perasaan ini
orang orang tak akan tau dada ini berduka dalam kekosongan.
Sepi mengingat nama tempat dan tahun peristiwa
meneropong masa lalu siapa yang masih menetap di sana
penyesalan mengaliri setiap lorong waktu yang kulalui
yang kutemui hanyalah diriku yang sendiri.
Belum lama aku mengenang rupamu
makam berubah dinihari
pekat tak mengubur kenangan melainkan menceritakan pada pagi dan fajar.
Batam, 20 Juli 2020.
Tentang Penulis:
Alamat di Air Hitam, Lampung Barat. Saat ini sedang merantau ke Batam-Kepulauan Riau. Ia menulis puisi dan telah dimuat sejumlah media massa serta buku-buku antologi.
Tidak ada komentar